Dramatisasi Puisi
Dramatisasi ini muncul di tahun 70-an masih. Pada awalnya dramatisasi ini dilakukan dengan pola satu orang membaca utuh puisi itu lalu beberapa kata yang dianggap menyangatkan dalam puisi itu, yang dianggap memberi aksen dramatic dibacakan oleh beberapa orang lain secara serempak bahkan berulang-ulang. Akhirnya dramatisasi puisi ini berkembang menjadi puisi yang di-drama-kan. Di dalam dramatisasi puisi, puisi disajikan dalam bentuk drama.
Puisi yang dipilih untuk didramatisasikan sebaiknya yang mengandung tokoh, dialog, juga alur/ plot, sehingga akan lebih mudah untuk didramatisasikan. Pengolahan sebuah puisi menjadi sebuah naskah drama tentu tidak mudah. Kita tidak bisa seenaknya mendramakan sebuah puisi, namun ternyata menghilangkan jiwa puisi tersebut. Hal tersebut tidak dibenarkan, karena tujuan mendramatisasikan sebuah puisi justru untuk memvisualisasikan puisi tersebut, membuatnya menjadi lebih “hidup”, dan membuatnya menjadi lebih bisa diapresiasi serta dipahami oleh pembaca maupun penonton.
Oleh karena itu, ketika membuat sebuah dramatisasi puisi, kita tidak boleh menghilangkan unsur-unsur penting di dalam puisi. Kita juga tidak boleh menambahkan unsur-unsur lain yang tidak sesuai dengan jiwa puisi. Unsur-unsur lain tersebut, misalnya membuat dialog baru yang sama sekali tidak ada di dalam puisi, atau bahkan menambahkan adegan baru yang bisa mengaburkan isi puisi. Menambahkan unsur-unsur lain tentu diperbolehkan, tetapi selama hal tersebut tidak mengganggu atau mengaburkan jiwa puisi, misalnya penambahan aransemen musik/ musik latar, penyertaan narator untuk “memberi pengantar” terhadap adegan/ cerita yang akan disampaikan, penambahan dialog “kata seruan” (seperti hah, huu, wuu, aduh, dll.), dan sebagainya.
Dramatisasi ini bisa menjadi salah satu bentuk alternatif pembelajaran Aprsesiasi Puisi. Dengan cara Visualisasi Puisi ini maka siswa diharapkan lebih mudah memahami sebuah puisi. Berikut adalah contoh Rencana Pembelajaran untuk Dramatisasi Puisi.
Dramatisasi Puisi
A. Indicator :
B Rancangan Pembelajaran
Tugas 1
Tugas 2
Contoh karya dramatisasi Puisi Mencintai - karya Khalil Gibran
Puisi yang dipilih untuk didramatisasikan sebaiknya yang mengandung tokoh, dialog, juga alur/ plot, sehingga akan lebih mudah untuk didramatisasikan. Pengolahan sebuah puisi menjadi sebuah naskah drama tentu tidak mudah. Kita tidak bisa seenaknya mendramakan sebuah puisi, namun ternyata menghilangkan jiwa puisi tersebut. Hal tersebut tidak dibenarkan, karena tujuan mendramatisasikan sebuah puisi justru untuk memvisualisasikan puisi tersebut, membuatnya menjadi lebih “hidup”, dan membuatnya menjadi lebih bisa diapresiasi serta dipahami oleh pembaca maupun penonton.
Oleh karena itu, ketika membuat sebuah dramatisasi puisi, kita tidak boleh menghilangkan unsur-unsur penting di dalam puisi. Kita juga tidak boleh menambahkan unsur-unsur lain yang tidak sesuai dengan jiwa puisi. Unsur-unsur lain tersebut, misalnya membuat dialog baru yang sama sekali tidak ada di dalam puisi, atau bahkan menambahkan adegan baru yang bisa mengaburkan isi puisi. Menambahkan unsur-unsur lain tentu diperbolehkan, tetapi selama hal tersebut tidak mengganggu atau mengaburkan jiwa puisi, misalnya penambahan aransemen musik/ musik latar, penyertaan narator untuk “memberi pengantar” terhadap adegan/ cerita yang akan disampaikan, penambahan dialog “kata seruan” (seperti hah, huu, wuu, aduh, dll.), dan sebagainya.
Dramatisasi ini bisa menjadi salah satu bentuk alternatif pembelajaran Aprsesiasi Puisi. Dengan cara Visualisasi Puisi ini maka siswa diharapkan lebih mudah memahami sebuah puisi. Berikut adalah contoh Rencana Pembelajaran untuk Dramatisasi Puisi.
Dramatisasi Puisi
A. Indicator :
- Siswa mampu membuat memahami perbedaan dan persamaan dramatisasi dengan pembacaan puisi serta deklamasi
- Siswa mampu menganalisa unsur batin puisi
- Siswa mempu menjelaskan arti, ciri, dan contoh dramatisasi puisi
- Siswa mampu membuat dramatisasi puisi
B Rancangan Pembelajaran
Tugas 1
- Siswa melihat pemutaran video dramatisasi dan pembacaan puisi
- Siswa mendiskusikan perbedaan dan persamaan dramatisasi dengan pembacaan puisi serta deklamasi
- Siswa bersama kelompoknya melakukan presentasi
- Guru memberi penegasan sekaligus penambahan materi tentang dramatisasi puisi. (pengertian, ciri khas, bentuk dan cara penampilan)
Tugas 2
- Siswa di buat dalam group. Per group berisi 5-6 orang
- Siswa di beri pilihan penyair dan disuruh untuk mememilih satu puisi dari penyair tersebut
- Siswa melakukan analisa unsur batin puisi
- Siswa membuat draf scene dratisasi puisi
- Siswa membuat time line untukkerja kelompok mereka
Contoh karya dramatisasi Puisi Mencintai - karya Khalil Gibran
Sastra dalam Dokumentasi Sosial
Karya sastra merupakan sebuah cerminan masyarakat, sebuah dokumentasi sosial, dan sebuah wadah bagi protes sosial. Dengan demikian, sastra sesungguhnya tidak menjadi hiburan atau pelipur semata tetapi juga cermin kehidupan. Sastra sebagai dokumen sosial bisa dikatakan merupakan sebentuk karyacipta yang meski bersifat rekaan, namun bertolak dari realitas dan menggambarkan kondisi sosial yang kontekstual.
Oleh karena itu dalam Unit Cerpen di kelas 10 ini, Siswa di ajak untuk melihat, mengena, dan menggali masalah-masalah sosial di sekitar mereka. Dengan cara ini maka para siswa diharapkan mampu mempelajari sejarah, menganalisis permasalahan dan dampak dari sebuah peristiwa atau permasalahan, serta mampu mengambil pelajaran dari setiap konflik yang tergambar dalam cerita.
Berikut adalah contoh analisis unsur ekstrinsik sebuah cerpen.
"Analisi Unsur Ekstrinsik Cerpen Penjara Kedua Karya Putu Oka Sukanta"
Disusun oleh Joanne Amanda, grade 10 Centaurs
1. Latar Belakang Waktu Penciptaan
Cerita pendek karya Putu Oka Sukanta yang berjudul Penjara Kedua baru saja dirilis di Media Indonesia pada tanggal 28 September 2014 yang lalu. Cerpen ini ditulis tepat 2 hari setelah berita tentang demo buruh yang pada saat itu direncanakan terjadi pada tanggal 2 Oktober 2014 sedang heboh.
Peristiwa ini nampaknya mengingatkan kembali pada peristiwa menyedihkan setahun sebelumnya. Tepat pada tanggal 3 Mei 2013 para buruh yang telah menjadi korban kerja paksa, akhirnya dapat bebas dan kembali pada pelukan hangat keluarga mereka. Setelah berbulan-bulan bekerja tanpa istirahat maupun bayaran. Ladang kerja paksa para buruh ini berlokasi di Tangerang sama seperti lokasi yang di sebut pada cerpen tersebut. Tepatnya dalam kutipan berikut:
“Suara peluit terdengar melengking, menikam keheningan dan memutus komat-kamitku. Kami digiring ke truk yang siap mengantar ke ladang kerja paksa, penjara Tangerang.”
Pada kutipan itu, kata penjara Tangerang tampak mengarah pada tempat pabrik kwali yang terletak di Kampung Bayur Opak Rt 03 Rw 06, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Tempat dimana para buruh menjadi korban kerja paksa. Mereka tidak diperbolehkan untuk keluar dari pabrik ataupun berkomunikasi dengan para korban kerja paksa lainnya. Pada malam hari mereka beristirahat di sebuah ruangan yang sangat sempit, berhimpitan mencari ruang untuk melemaskan badan untuk sejenak.
“Aku sudah menelentangkan badan di sebelah temanku. Posisi kami, yang seorang sejajar kepala, seorang lagi kakinya menggelonjor di antara dua tubuh, berada di antara dua muka kami. Sebaliknya, kepalanya berada di antara dua pasang kaki kami. Ruang lantai sel tidak cukup buat kami bertiga untuk tidur berjejer sejajar.”
Semua ini bak tinggal di penjara, penjara Tangerang.
2. Kondisi Masyarakat a) Ekonomi
Ekonomi masyarakat memang sedang terhimpit. Harga rupiah terus menurun sementara dolar terus menanjak. Hal ini membuat masyarakat rela melakukan apa saja untuk mencari sepeser uang demi sesuap nasi. Namun selalu ada saja orang yang sudah memiliki hidup yang berkecukupan namun tetap ingin lebih. Manusia memang lahir dengan keinginan duniawi, namun
kadangkala keinginan itu dapat menguasai dan membuat manusia buta.
“Komandannya, selain mata duitan juga menggoda istri tahanan yang datang membesuk. Penjara kerja paksa.”
Kutipan diatas dengan jelas menyebutkan bahwa komandan penjara Tangerang adalah seseorang yang mata duitan. Sang komandan penjara Tangerang mau melakukan apa saja untuk menambah uang yang ia miliki. Para penjaga penjara juga menurut saja melakukan apa yang diperintahkan. Para tahanan di eksplotasi dan digunakan sebagai pekerja untuk keuntungan sang komandan penjara.
b) Sosial
Tak dapat di pungkiri, strata sosial ada di mana-mana. Salah satu tempatnya adalah penjara. Ada banyak sekali faktor yang dapat menentukan strata sosial seseorang, serta keberuntungan yang ikut dengan strata tersebut.
“Hanya kepala blok yang boleh punya pensil. Lupakah aku mengembalikannya?”
Pada kutipan diatas strata yang saya maksud adalah kepala blok penjara. Dan keuntungan dari srata tersebut adalah boleh memiliki sebatang pensil. Sesuatu yang mungkin pada hari biasa dianggap remeh adalah sesuatu yang sangat istimewa di saat yang lain.
Pada tahun 2014 ini, manusia masih terus saja menyalahgunakan hal-hal yang diberikan pada kita. Salah satunya adalah kekuasaan. Suatu kuasa, suatu hak, suatu kemampuan untuk
mengendalikan dan melakukan apapun pada orang lain. Contohnya adalah korupsi, seseorang yang memiliki kuasa untuk mengatur uang yang bukan haknya menyalahgunakan kemampuannya dan mengatur uang itu menjadi miliknya. Ia merampas hak rakyat kecil dan hak kita untuk memiliki jalan raya yang lebih baik, Jakarta yang maju and lebih nyaman untuk ditinggali.
“ Beberapa jam kemudian aku dijemput hansip bui, diantar ke blok G tempat para tahanan yang akan dikirim ke penjara Tangerang. Penjara neraka. Petugasnya, menurut cerita tahanan yang sudah pernah ditahan di sana, ganas, sadis.”
Ada bagian pada kutipan diatas yang menyebutkan tentang petugas yang ganas yang sadis. Menurut saya pada suatu sisi para petugas itu bak para koruptor. Mereka memiliki posisi untuk mengatur para tahanan. Dan mereka seenak jidat saja mengatur para tahanan sesuai dengan arah angin hati mereka. Mereka merampas hak asasi manusia para tahanan. Harga diri para tahanan mereka musnahkan dengan setiap tendangan dan pukulan yang dilemparkan tanpa rasa bersalah. Bahkan hal ini berkaitan dengan kasus kerja paksa buruh tangerang tahun 2013. “Penjaga” mereka sadis dan penuh kekerasan. Saat ditemukan mereka sangat mengenaskan. Seluruh badan seperti terbakar legam karena dampak mengolah limbah timah, badan kurus, rambut kaku, luka pukulan, luka air timah, asma,batuk, berkudis.
Cinta adalah salah satu perasaan yang pasti hadir dalam kehidupan bersosialisasi. Namun ada banyak aspek yang mempengaruhi kehidupan cinta seseorang. Terkadang ada hal- hal yang dapat menyebabkan sepasang kekasih berpisah. Dan hal itu tercermin di cerpen Penjara Kedua.
“Tapi ia belum menjadi istriku. Pak Parman yang sudah punya anak tiga bisa diceraikan istrinya minggu lalu. Apalagi yang belum menikah. Mana yang lebih menjadi jaminan: ikatan resmi atau ikatan batin? Ah tolol!”
Pada kutipan diatas, karakter utama dalam cerpen ini (kita sebut saja Putu) sedang memikirkan kekasihnya yang telah lama tidak menjenguknya dalam sel penjara. Ia mulai gelisah dan berbikir bahwa sang kekasih telah meninggalkan dia. Pada awal cerpen Putu sempat memikirkan hal berikut ini:
“Aku membayangkan ukiran itu akan digantungnya di dinding kamar tidur di asrama rumah sakit tempat ia bekerja. Ia bisa memandangnya setiap saat. Buah tangan dari kekasihnya yang sedang dipenjara.”
Seperti yang saya katakana sebelumnya, ada banyak aspek yang memperngaruhi cinta. Salah satunya adalah strata sosial laki-laki ataupun perempuannya. Pada cerita ini Putu adalah seorang tahanan, sementara kekasihnya adalah seorang perawat ataupun dokter yang bekerja di rumah sakit. Dapat kita lihat jarak strata sosial yang amat jauh membuat jarak untuk beribu alasan untuk Nio meninggalkan putu.
c) Budaya
Cerita ini memasukkan sedikit aspek budaya Indonesia kedalam ceritanya. Para tahanan nampaknya membuat barang-barang tradisional untuk diberi pada keluarganya di saat menjenguk. Seperti di Bandung, Jogja dan tempat wisata lainnya batok kelapa telah menjadi salah satu bahan yang biasa digunakan untuk membuat kerajinan tangan tradisional untuk dijual. Selain itu ukiran juga adalah kesenian yang terkenal di Indonesia. Ada saja
motif pahatan-pahatan yang membedakan satu provinsi Indonesia dari provinsi lainnya. Banyak media yang digunakan untuk mengukir, salah satunya adalah batok kelapa seperti yang saya sebut tadi. Buktinya ada dalam kutipan ini:
“Cincin batok kelapa yang dibuat sendiri atau dipesan dari tahanan lainnya. Aku juga. Telah kubuat sebuah ukiran di batok kelapa, dua ekor burung sedang bercinta. Seekor hinggap di atas kurungan, seekor lagi terbang-terbang kecil mengepakkan sayapnya, meski terkurung dalam sangkar. Kepahitan yang romantis. Ukiran itu kugosok setiap hari dengan kulit bambu supaya mengkilap.”
Selain ukiran dan kerajinan tangan dari batok kelapa, Indonesia juga memiliki seni tradisional yang lain. Memang tidak dapat saya katakan bahwa puisi berasal dari Indonesia. Namun puisi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya Indonesia. Puisi adalah kesenian yang mengakar sejak dahulu. Dimulai dengan sajak-sajak serta syair yang indah, berevolusi sesuai perkembangan zaman.
“Aku mau menulis puisi. Jari-jariku terasa gatal digigit puisi. Ada awan berarak di langit. Ada kekuatan yang bangkit dalam tubuhku. Aku seperti mendengar suara puisi. Aku mendengar suara sapaannya. Aku digetarkannya. Aku menahan desakan menulis itu. Meski sudah menjelang sore, aku tidak butuh makan, tidak butuh minum. Aku hanya perlu pensil dan secarik kertas. Puisi sudah menggedor jiwaku. Suaraku berdesis berulang kali. Baris-baris puisi mengalir seperti air curah dari pancuran, tanpa pensil, tanpa kertas. Berarak awan berarak/Melintasi langit penjara/Dambaku melesat
menunggangnya/Menjelajah jagat raya/ Tak seutas rantai tersisa/Menambat kebebasan menjadi puisi/Berarak awan berarak/Jiwaku menyatu berkas cahaya”
d) Politik
Nampaknya cerpen ini tidak hanya terinspirasi dari satu hal yang saya bahas sebelumnya. Tetapi ada aspek dari masa lalu sang penulis yang dipenjara pada masa mudanya. Aspek politik cerita ini berkaitan dengan penjara pada masa penjajahan Jepang dan Belanda di tahun 1930-an. Pada masa itu para tahanan tidak diperbolehkan memiliki pensil karena takut bahwa mereka adalah mata-mata yang dapat berkirim surat pada komandannya. Mereka juga khawatir bahwa jika tahanan memiliki pensil mereka dapat menyusun gerilya untuk melawan dan kabur dari tahanan.
“Ah, tidak tahu. Pensil dan kertas barang terlarang bagi tahanan. Kalau tertangkap punya pensil, bisa dituduh gerpol (gerilya politik) dan pasti mendapat hukuman badan.”
3. Latar Belakang Pengarang
Putu Oka Sukanta lahir di Singaraja, Bali pada tanggal 29 Juli 1939. Ia telah diundang ke Eropa, Amerika dan penjuru Asia sebagai sastrawan ataupun aktivis kemanusiaan. Pada tahun 1960-an ia bekerja sebagai jurnalis serta salah satu orang yang aktif di Lekra. Ia dimasukkan ke penjara tanpa diadili terlebih dahulu. Ia dipenjara selama 10 tahun, dari tahun 1966-1976. Selama dipenjara ia ditahan du BUI Jakarta dan Tangerang. Cerita Penjara Kedua ternyata sangat berhubungan dekat dengan latar belakang Putu Oka Sukanta. Dalam cerita ini sang tahanan juga di tahan di BUI Jakarta dan Tangerang.
Selain berkaitan dengan buruh dan kerja paksa Tangerang, cerita ini adalah sebagian dari pengalaman Putu Oka di penjara.
“Suara peluit terdengar melengking, menikam keheningan dan memutus komat-kamitku. Kami digiring ke truk yang siap mengantar ke ladang kerja paksa, penjara Tangerang.”
Sebagai seorang tokoh sastra di Indonesia, tentu Putu Oka tidak menyerah dan terus menulis setelah di bebaskan dari penjara. Akan tetapi hasil karyanya dipantau terus oleh pemerintah. Banyak artikel yang ia tulis diterbitkan di Autralia dan German, maka tidak heran kalau ia tidak terlalu terkenal di Indonesia pasa saat itu. Selain novel dan cerpen Putu Oka juga menulis puisi yang di buat antologi seperti bukunya yang diberi judulu Selat Bali. Dalan cerpen Penjara Kedua ada bagian dimana Putu Oka menunjukkan rasa yang ia miliki dalam hati. Semangat dan rindu untuk menulis sebuah puisi.
“Aku mau menulis puisi. Jari-jariku terasa gatal digigit puisi. Ada awan berarak di langit. Ada kekuatan yang bangkit dalam tubuhku. Aku seperti mendengar suara puisi. Aku mendengar suara sapaannya. Aku digetarkannya. Aku menahan desakan menulis itu.”
Sumber
• http://en.wikipedia.org/wiki/Putu_Oka_Sukanta
Analisis Unsur Ekstrinsik Cerpen “Tukang Urut di Tepi Danau” Karya: Martin Aleida
Dibuat Oleh Velda, Grade 10 Andromeda
1. Unsur Sosial
Nilai gotong royong adalah nilai yang dijunjung tinggi di dalam masyarakat, bentuk gotong royong adalah perkumpulan antar masyarakat untuk memperjuangkan tujuan yang sama, atau warga berkumpul untuk membantu orang lain. Kutipan di atas mengandung nilai sosial, yaitu gotong royong, karena sebagian besar warga berkumpul bersama untuk membela tukang urut tersebut. Terjadi gotong royong antar warga untuk membantu tukang urut untuk tidak menutup tempat prakteknya. Segerombolah warga bersatu untuk mengutarakan keinginan mereka agar praktek tersebut tidak ditutup.
Bukti dalam cerpen:
“Banyak yang kecewa. Lebih banyak lagi yang mengumpat kelakuan orang pajak tersebut. Beberapa hari kemudian, kulihat orang-orang berkumpul di tepi danau. Mereka bernyanyi-nyanyi, mengusung spanduk yang bertuliskan, “Orang kerja sukarela kok dipajak?” dan berbaris menuju rumah orang pajak tadi. Polisi sempat datang untuk menenangkan. Tak kuduga, para demonstran itu datang pula ke tempatku.
“Pak, beres. Tolong buka kembali. Orang pajak itu sok tahu. Dia kira semua orang seperti dia mata duitan. Buat dia adalah keajaiban kalau ada orang yang mau menolong orang lain tanpa bayar. Seperti Bapak,” bujuk mereka.”
2. Unsur Ekonomi
Korupsi adalah suatu tindakan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dimana disitu terpenuhi unsur merugikan keuangan negara. Bentuk korupsi baik mengenai korupsi keuangan, barang atau perlakuan. Kutipan di atas mengandung nilai Ekonomi, nilai Ekonomi yang dibicarakan di atas adalah mengenai kondisi krisis keuangan yang dialami para penyakit kusta yang telah dikorupsi oleh manajemen rumah penampungan. Dalam hal ini terjadi masalah korupsi yang merugikan keuangan para penderita kusta sehingga mereka bersusah payah untuk mencapai tingkat ekonomi yang mereka harapkan. Mereka juga rugi atas pencurian babut-babutnya yang membuat perekonomian mereka semakin memburuk.
Bukti dalam cerpen:
“Ceritanya, selama bekas para penderita kusta tersebut berada di penampungan, manajemen rumah penampungan mengkorupsi jerih payah mereka. Tahu persis mereka berapa babut yang diproduksi dan berapa imbalan yang mereka terima. Lantas, mereka memutuskan untuk melarikan diri dari rumah penampungan itu, dan membuka usaha sendiri dengan susah payah, termasuk harus berhadapan dengan pengejaran yang dilakukan berbagai petugas keamanan dan kebersihan. Tak jarang babut-babut mereka dirampas.”
3. Unsur Agama
Nilai agama yang dibicarakan diatas adalah mengenai meninggikan nilai Tuhan, yaitu adalah mempunyai pengertian bahwa Tuhanlah yang memiliki hak atas pembalasan dan setiap makhluk di muka bumi ini. Percakapan di atas mengandung konteks keTuhanan, karena karakter ini sedang mengidap sakit kusta dalam kondisi cukup parah karena orang yang berpenyakit kusta dan tidak diobati dalam jangka waktu yang panjang, jarinya akan rusak dan menekuk ke dalam. Karakter ini membicarakan tentang kehadiran Tuhan dan bagaimana Ia menaruh harapannya dalam Tuhan. Walaupun karakter ini sedang dilanda kesulitan, tetapi mereka percaya hanya pada Tuhan mereka dapat berharap. Mereka yakin Tuhan membuat segala sesuatunya baik jika kita terus berusaha dan berada di jalan yang benar bersamaNya.
Bukti dalam cerpen:
““Tidak. Di sana ada Tuhan,” katanya dengan geram sambil tangannya yang tidak berjari-jari sempurna itu menunjuk-nunjuk ke langit. “Tuhan yang akan menunaikan dendam kami. Tuhan…,” ucapnya lagi, sekarang dengan lebih khidmat.”
4. Latar Belakang Pengarang
A. Keberanian Berpendapat
Martin Aleida adalah salah seorang saksi mata sejarah yang merasakan secara langsung bagaimana proses penghancuran sistematis atas karakter bangsa melalui peristiwa ’65 tersebut. Sebagai sastrawan yang harus menjadi korban dari pogrom ’65 karena banyak terlibat dalam LEKRA, pogrom ’65 adalah peristiwa yang harus selalu dikabarkan sebagai kepada khalayak ramai Indonesia. LEKRA adalah organisasi yang mengimbau rakyat untuk berani berpendapat melalui para seniman. Martin Aleida mencoba untuk mendorong para pembaca untuk berani berjuang untuk kebenaran dan apa yang mereka inginkan melalui cerpen yang diceritakannya. Ia menceritakan bagaimana orang-orang di dalam masyarakat berkumpul untuk memberikan pendapat mereka kepada tukang pajak tersebut.
Bukti dalam cerpen:
“Banyak yang kecewa. Lebih banyak lagi yang mengumpat kelakuan orang pajak tersebut. Beberapa hari kemudian, kulihat orang-orang berkumpul di tepi danau. Mereka bernyanyi-nyanyi, mengusung spanduk yang bertuliskan, “Orang kerja sukarela kok dipajak?” dan berbaris menuju rumah orang pajak tadi. Polisi sempat datang untuk menenangkan. Tak kuduga, para demonstran itu datang pula ke tempatku.
“Pak, beres. Tolong buka kembali. Orang pajak itu sok tahu. Dia kira semua orang seperti dia mata duitan. Buat dia adalah keajaiban kalau ada orang yang mau menolong orang lain tanpa bayar. Seperti Bapak,” bujuk mereka.”
A. Keberanian untuk berjuang demi kebenaran
Martin Aleida ingin mengimbau para pembaca untuk berani berpendapat dan menjungjung tinggi nilai kebenaran. Ia tidak menyukai berada di dalam kekuasaan seseorang yang berderajat tinggi, Ia tidak takut akan pembalasan para petinggi yang akan menghukumnya karena Ia berjuang demi kebenaran. Ia ingin mendorong pembaca untuk membuka kebenaran kepada masyarakat agar nilai kebenaran itu dijunjung tinggi dalam suatu bangsa dan tidak dapat dihalangi oleh para petinggi yang akan menghukum mereka. Karakter yang diceritakannya, tukang urut, adalah karakter yang ingin Ia ceritakan kepada para pembaca, sebagai panutan bahwa kita tidak harus takut akan diktator – diktator.
Bukti dalam cerpen:
“Bukan mau melukai hati orang itu benar yang ingin kucapai dengan mengejek seperti itu. Tetapi, lebih karena keinginanku untuk bebas dari kungkungan kekuasaan dan perasaan ingin dihargai. Nilai yang ingin dijunjung seorang pensiunan. Dan aku tak peduli apakah sang Jenderal akan melakukan pembalasan. Tapi, kalau dia datang pada saat aku tidak sedang membaktikan diriku kepada para penderita kusta, tentu aku akan menerimanya dengan tangan terbuka”
5. Nilai Politik
Suatu masyarakat dapat memiliki pemerintah yang kejam, bentuk kekejaman pemerintah adalah seperti melakukan perlakuan yang menumbuhkan keuntungan hanya untuk pemerintah tersebut dan tidak memerdulikan kondisi masyarakat yang seharusnya menjadi kewajibannya. Bukti suatu kekejaman di dalam cerpen ini adalah tukang urut tersebut menolak permintaan Jenderal untuk diurut dan Jenderal tersebut ingin membalaskan penolakkannya dengan mengutus sekumpulan anak buahnya untuk merampas babut-babut yang dihasilkan orang-orang yang mengidap penyakit kusta. Dengan hal ini, sang Jenderal ingin memberikan peringatan kepadanya agar tukang urut itu mengikuti segala perintahnya, atau para masyarakat di dekatnya akan dibuatnya menderita.
Bukti dalam cerpen:
““Pak, saya pengemudi Jenderal (dia menyebutkan satu nama). Jenderal minta diurut. Dia menunggu di mobil.”
“Jenderal?” sambutku dengan nada suara agak tinggi. Melirik pun tidak, dan kepada yang punya tangan yang masih tertumpang di bahuku, kutambahkan dengan mantap: “Ah… sudah segudang Jenderal yang kuurut. Yang belum cuma panser!”
Hari Minggu keesokan harinya, ketika sedang tekunnya aku merajut serat sabut kelapa, tiba-tiba kudengar langkah yang terseok-seok mendekat. Di bahuku terasa tersampir pegangan yang ganjil. Terasa jari-jari yang tidak lengkap. Ini hari liburku, kupikir. Aku tak menoleh sampai yang punya tangan yang aneh itu memperkenalkan diri.
“Pak, ini saya.”
Dia kemudian jongkok di belakangku.
Aku tak tahu bagaimana kata-kata yang kuucapkan dengan spontan itu mendarat di kuping orang itu. Yang terasa, dia melepaskan tangannya dari bahuku, disusul langkah kakinya meninggalkan ruang di mana aku sedang memintal dan memintal terus untuk membantu para penderita kusta. Terdengar suara pintu pagar dirapatkan dengan setengah hati.
“Kawan-kawan pada menangis meraung-raung. Tadi malam ada truk yang mendadak sontak merapat ke tempat kami. Orang-orang yang berbadan tegap-tegap berloncatan dari atas. Dengan cepat mereka membongkar ratusan babut dan memindahkannya ke dalam truk itu.”
“Lantas?” aku menoleh kepadanya.
“Dari atas truk mereka menyergah seperti harimau lapar, ’Bilang sama tukang pijatmu itu, jangan terlalu congkak! Babut-babutnya ini akan kami bakar!’ ”
Oleh karena itu dalam Unit Cerpen di kelas 10 ini, Siswa di ajak untuk melihat, mengena, dan menggali masalah-masalah sosial di sekitar mereka. Dengan cara ini maka para siswa diharapkan mampu mempelajari sejarah, menganalisis permasalahan dan dampak dari sebuah peristiwa atau permasalahan, serta mampu mengambil pelajaran dari setiap konflik yang tergambar dalam cerita.
Berikut adalah contoh analisis unsur ekstrinsik sebuah cerpen.
"Analisi Unsur Ekstrinsik Cerpen Penjara Kedua Karya Putu Oka Sukanta"
Disusun oleh Joanne Amanda, grade 10 Centaurs
1. Latar Belakang Waktu Penciptaan
Cerita pendek karya Putu Oka Sukanta yang berjudul Penjara Kedua baru saja dirilis di Media Indonesia pada tanggal 28 September 2014 yang lalu. Cerpen ini ditulis tepat 2 hari setelah berita tentang demo buruh yang pada saat itu direncanakan terjadi pada tanggal 2 Oktober 2014 sedang heboh.
Peristiwa ini nampaknya mengingatkan kembali pada peristiwa menyedihkan setahun sebelumnya. Tepat pada tanggal 3 Mei 2013 para buruh yang telah menjadi korban kerja paksa, akhirnya dapat bebas dan kembali pada pelukan hangat keluarga mereka. Setelah berbulan-bulan bekerja tanpa istirahat maupun bayaran. Ladang kerja paksa para buruh ini berlokasi di Tangerang sama seperti lokasi yang di sebut pada cerpen tersebut. Tepatnya dalam kutipan berikut:
“Suara peluit terdengar melengking, menikam keheningan dan memutus komat-kamitku. Kami digiring ke truk yang siap mengantar ke ladang kerja paksa, penjara Tangerang.”
Pada kutipan itu, kata penjara Tangerang tampak mengarah pada tempat pabrik kwali yang terletak di Kampung Bayur Opak Rt 03 Rw 06, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Tempat dimana para buruh menjadi korban kerja paksa. Mereka tidak diperbolehkan untuk keluar dari pabrik ataupun berkomunikasi dengan para korban kerja paksa lainnya. Pada malam hari mereka beristirahat di sebuah ruangan yang sangat sempit, berhimpitan mencari ruang untuk melemaskan badan untuk sejenak.
“Aku sudah menelentangkan badan di sebelah temanku. Posisi kami, yang seorang sejajar kepala, seorang lagi kakinya menggelonjor di antara dua tubuh, berada di antara dua muka kami. Sebaliknya, kepalanya berada di antara dua pasang kaki kami. Ruang lantai sel tidak cukup buat kami bertiga untuk tidur berjejer sejajar.”
Semua ini bak tinggal di penjara, penjara Tangerang.
2. Kondisi Masyarakat a) Ekonomi
Ekonomi masyarakat memang sedang terhimpit. Harga rupiah terus menurun sementara dolar terus menanjak. Hal ini membuat masyarakat rela melakukan apa saja untuk mencari sepeser uang demi sesuap nasi. Namun selalu ada saja orang yang sudah memiliki hidup yang berkecukupan namun tetap ingin lebih. Manusia memang lahir dengan keinginan duniawi, namun
kadangkala keinginan itu dapat menguasai dan membuat manusia buta.
“Komandannya, selain mata duitan juga menggoda istri tahanan yang datang membesuk. Penjara kerja paksa.”
Kutipan diatas dengan jelas menyebutkan bahwa komandan penjara Tangerang adalah seseorang yang mata duitan. Sang komandan penjara Tangerang mau melakukan apa saja untuk menambah uang yang ia miliki. Para penjaga penjara juga menurut saja melakukan apa yang diperintahkan. Para tahanan di eksplotasi dan digunakan sebagai pekerja untuk keuntungan sang komandan penjara.
b) Sosial
Tak dapat di pungkiri, strata sosial ada di mana-mana. Salah satu tempatnya adalah penjara. Ada banyak sekali faktor yang dapat menentukan strata sosial seseorang, serta keberuntungan yang ikut dengan strata tersebut.
“Hanya kepala blok yang boleh punya pensil. Lupakah aku mengembalikannya?”
Pada kutipan diatas strata yang saya maksud adalah kepala blok penjara. Dan keuntungan dari srata tersebut adalah boleh memiliki sebatang pensil. Sesuatu yang mungkin pada hari biasa dianggap remeh adalah sesuatu yang sangat istimewa di saat yang lain.
Pada tahun 2014 ini, manusia masih terus saja menyalahgunakan hal-hal yang diberikan pada kita. Salah satunya adalah kekuasaan. Suatu kuasa, suatu hak, suatu kemampuan untuk
mengendalikan dan melakukan apapun pada orang lain. Contohnya adalah korupsi, seseorang yang memiliki kuasa untuk mengatur uang yang bukan haknya menyalahgunakan kemampuannya dan mengatur uang itu menjadi miliknya. Ia merampas hak rakyat kecil dan hak kita untuk memiliki jalan raya yang lebih baik, Jakarta yang maju and lebih nyaman untuk ditinggali.
“ Beberapa jam kemudian aku dijemput hansip bui, diantar ke blok G tempat para tahanan yang akan dikirim ke penjara Tangerang. Penjara neraka. Petugasnya, menurut cerita tahanan yang sudah pernah ditahan di sana, ganas, sadis.”
Ada bagian pada kutipan diatas yang menyebutkan tentang petugas yang ganas yang sadis. Menurut saya pada suatu sisi para petugas itu bak para koruptor. Mereka memiliki posisi untuk mengatur para tahanan. Dan mereka seenak jidat saja mengatur para tahanan sesuai dengan arah angin hati mereka. Mereka merampas hak asasi manusia para tahanan. Harga diri para tahanan mereka musnahkan dengan setiap tendangan dan pukulan yang dilemparkan tanpa rasa bersalah. Bahkan hal ini berkaitan dengan kasus kerja paksa buruh tangerang tahun 2013. “Penjaga” mereka sadis dan penuh kekerasan. Saat ditemukan mereka sangat mengenaskan. Seluruh badan seperti terbakar legam karena dampak mengolah limbah timah, badan kurus, rambut kaku, luka pukulan, luka air timah, asma,batuk, berkudis.
Cinta adalah salah satu perasaan yang pasti hadir dalam kehidupan bersosialisasi. Namun ada banyak aspek yang mempengaruhi kehidupan cinta seseorang. Terkadang ada hal- hal yang dapat menyebabkan sepasang kekasih berpisah. Dan hal itu tercermin di cerpen Penjara Kedua.
“Tapi ia belum menjadi istriku. Pak Parman yang sudah punya anak tiga bisa diceraikan istrinya minggu lalu. Apalagi yang belum menikah. Mana yang lebih menjadi jaminan: ikatan resmi atau ikatan batin? Ah tolol!”
Pada kutipan diatas, karakter utama dalam cerpen ini (kita sebut saja Putu) sedang memikirkan kekasihnya yang telah lama tidak menjenguknya dalam sel penjara. Ia mulai gelisah dan berbikir bahwa sang kekasih telah meninggalkan dia. Pada awal cerpen Putu sempat memikirkan hal berikut ini:
“Aku membayangkan ukiran itu akan digantungnya di dinding kamar tidur di asrama rumah sakit tempat ia bekerja. Ia bisa memandangnya setiap saat. Buah tangan dari kekasihnya yang sedang dipenjara.”
Seperti yang saya katakana sebelumnya, ada banyak aspek yang memperngaruhi cinta. Salah satunya adalah strata sosial laki-laki ataupun perempuannya. Pada cerita ini Putu adalah seorang tahanan, sementara kekasihnya adalah seorang perawat ataupun dokter yang bekerja di rumah sakit. Dapat kita lihat jarak strata sosial yang amat jauh membuat jarak untuk beribu alasan untuk Nio meninggalkan putu.
c) Budaya
Cerita ini memasukkan sedikit aspek budaya Indonesia kedalam ceritanya. Para tahanan nampaknya membuat barang-barang tradisional untuk diberi pada keluarganya di saat menjenguk. Seperti di Bandung, Jogja dan tempat wisata lainnya batok kelapa telah menjadi salah satu bahan yang biasa digunakan untuk membuat kerajinan tangan tradisional untuk dijual. Selain itu ukiran juga adalah kesenian yang terkenal di Indonesia. Ada saja
motif pahatan-pahatan yang membedakan satu provinsi Indonesia dari provinsi lainnya. Banyak media yang digunakan untuk mengukir, salah satunya adalah batok kelapa seperti yang saya sebut tadi. Buktinya ada dalam kutipan ini:
“Cincin batok kelapa yang dibuat sendiri atau dipesan dari tahanan lainnya. Aku juga. Telah kubuat sebuah ukiran di batok kelapa, dua ekor burung sedang bercinta. Seekor hinggap di atas kurungan, seekor lagi terbang-terbang kecil mengepakkan sayapnya, meski terkurung dalam sangkar. Kepahitan yang romantis. Ukiran itu kugosok setiap hari dengan kulit bambu supaya mengkilap.”
Selain ukiran dan kerajinan tangan dari batok kelapa, Indonesia juga memiliki seni tradisional yang lain. Memang tidak dapat saya katakan bahwa puisi berasal dari Indonesia. Namun puisi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya Indonesia. Puisi adalah kesenian yang mengakar sejak dahulu. Dimulai dengan sajak-sajak serta syair yang indah, berevolusi sesuai perkembangan zaman.
“Aku mau menulis puisi. Jari-jariku terasa gatal digigit puisi. Ada awan berarak di langit. Ada kekuatan yang bangkit dalam tubuhku. Aku seperti mendengar suara puisi. Aku mendengar suara sapaannya. Aku digetarkannya. Aku menahan desakan menulis itu. Meski sudah menjelang sore, aku tidak butuh makan, tidak butuh minum. Aku hanya perlu pensil dan secarik kertas. Puisi sudah menggedor jiwaku. Suaraku berdesis berulang kali. Baris-baris puisi mengalir seperti air curah dari pancuran, tanpa pensil, tanpa kertas. Berarak awan berarak/Melintasi langit penjara/Dambaku melesat
menunggangnya/Menjelajah jagat raya/ Tak seutas rantai tersisa/Menambat kebebasan menjadi puisi/Berarak awan berarak/Jiwaku menyatu berkas cahaya”
d) Politik
Nampaknya cerpen ini tidak hanya terinspirasi dari satu hal yang saya bahas sebelumnya. Tetapi ada aspek dari masa lalu sang penulis yang dipenjara pada masa mudanya. Aspek politik cerita ini berkaitan dengan penjara pada masa penjajahan Jepang dan Belanda di tahun 1930-an. Pada masa itu para tahanan tidak diperbolehkan memiliki pensil karena takut bahwa mereka adalah mata-mata yang dapat berkirim surat pada komandannya. Mereka juga khawatir bahwa jika tahanan memiliki pensil mereka dapat menyusun gerilya untuk melawan dan kabur dari tahanan.
“Ah, tidak tahu. Pensil dan kertas barang terlarang bagi tahanan. Kalau tertangkap punya pensil, bisa dituduh gerpol (gerilya politik) dan pasti mendapat hukuman badan.”
3. Latar Belakang Pengarang
Putu Oka Sukanta lahir di Singaraja, Bali pada tanggal 29 Juli 1939. Ia telah diundang ke Eropa, Amerika dan penjuru Asia sebagai sastrawan ataupun aktivis kemanusiaan. Pada tahun 1960-an ia bekerja sebagai jurnalis serta salah satu orang yang aktif di Lekra. Ia dimasukkan ke penjara tanpa diadili terlebih dahulu. Ia dipenjara selama 10 tahun, dari tahun 1966-1976. Selama dipenjara ia ditahan du BUI Jakarta dan Tangerang. Cerita Penjara Kedua ternyata sangat berhubungan dekat dengan latar belakang Putu Oka Sukanta. Dalam cerita ini sang tahanan juga di tahan di BUI Jakarta dan Tangerang.
Selain berkaitan dengan buruh dan kerja paksa Tangerang, cerita ini adalah sebagian dari pengalaman Putu Oka di penjara.
“Suara peluit terdengar melengking, menikam keheningan dan memutus komat-kamitku. Kami digiring ke truk yang siap mengantar ke ladang kerja paksa, penjara Tangerang.”
Sebagai seorang tokoh sastra di Indonesia, tentu Putu Oka tidak menyerah dan terus menulis setelah di bebaskan dari penjara. Akan tetapi hasil karyanya dipantau terus oleh pemerintah. Banyak artikel yang ia tulis diterbitkan di Autralia dan German, maka tidak heran kalau ia tidak terlalu terkenal di Indonesia pasa saat itu. Selain novel dan cerpen Putu Oka juga menulis puisi yang di buat antologi seperti bukunya yang diberi judulu Selat Bali. Dalan cerpen Penjara Kedua ada bagian dimana Putu Oka menunjukkan rasa yang ia miliki dalam hati. Semangat dan rindu untuk menulis sebuah puisi.
“Aku mau menulis puisi. Jari-jariku terasa gatal digigit puisi. Ada awan berarak di langit. Ada kekuatan yang bangkit dalam tubuhku. Aku seperti mendengar suara puisi. Aku mendengar suara sapaannya. Aku digetarkannya. Aku menahan desakan menulis itu.”
Sumber
• http://en.wikipedia.org/wiki/Putu_Oka_Sukanta
- ww.kabar24.com/nasional/read/20140927/9/231082/kabar-pilihan-26-
september-2014-demo-buruh-2-oktober-hingga-kontroversi-uu-pilkada
- http://cahayareformasi.com/berita/2013/kerja-paksa-di-zaman- merdeka-masih-terjadi-di-tangerang-buruh-disekap-dan-disiksa/
- https://lakonhidup.wordpress.com/2014/09/28/penjara-kedua/
Analisis Unsur Ekstrinsik Cerpen “Tukang Urut di Tepi Danau” Karya: Martin Aleida
Dibuat Oleh Velda, Grade 10 Andromeda
1. Unsur Sosial
Nilai gotong royong adalah nilai yang dijunjung tinggi di dalam masyarakat, bentuk gotong royong adalah perkumpulan antar masyarakat untuk memperjuangkan tujuan yang sama, atau warga berkumpul untuk membantu orang lain. Kutipan di atas mengandung nilai sosial, yaitu gotong royong, karena sebagian besar warga berkumpul bersama untuk membela tukang urut tersebut. Terjadi gotong royong antar warga untuk membantu tukang urut untuk tidak menutup tempat prakteknya. Segerombolah warga bersatu untuk mengutarakan keinginan mereka agar praktek tersebut tidak ditutup.
Bukti dalam cerpen:
“Banyak yang kecewa. Lebih banyak lagi yang mengumpat kelakuan orang pajak tersebut. Beberapa hari kemudian, kulihat orang-orang berkumpul di tepi danau. Mereka bernyanyi-nyanyi, mengusung spanduk yang bertuliskan, “Orang kerja sukarela kok dipajak?” dan berbaris menuju rumah orang pajak tadi. Polisi sempat datang untuk menenangkan. Tak kuduga, para demonstran itu datang pula ke tempatku.
“Pak, beres. Tolong buka kembali. Orang pajak itu sok tahu. Dia kira semua orang seperti dia mata duitan. Buat dia adalah keajaiban kalau ada orang yang mau menolong orang lain tanpa bayar. Seperti Bapak,” bujuk mereka.”
2. Unsur Ekonomi
Korupsi adalah suatu tindakan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dimana disitu terpenuhi unsur merugikan keuangan negara. Bentuk korupsi baik mengenai korupsi keuangan, barang atau perlakuan. Kutipan di atas mengandung nilai Ekonomi, nilai Ekonomi yang dibicarakan di atas adalah mengenai kondisi krisis keuangan yang dialami para penyakit kusta yang telah dikorupsi oleh manajemen rumah penampungan. Dalam hal ini terjadi masalah korupsi yang merugikan keuangan para penderita kusta sehingga mereka bersusah payah untuk mencapai tingkat ekonomi yang mereka harapkan. Mereka juga rugi atas pencurian babut-babutnya yang membuat perekonomian mereka semakin memburuk.
Bukti dalam cerpen:
“Ceritanya, selama bekas para penderita kusta tersebut berada di penampungan, manajemen rumah penampungan mengkorupsi jerih payah mereka. Tahu persis mereka berapa babut yang diproduksi dan berapa imbalan yang mereka terima. Lantas, mereka memutuskan untuk melarikan diri dari rumah penampungan itu, dan membuka usaha sendiri dengan susah payah, termasuk harus berhadapan dengan pengejaran yang dilakukan berbagai petugas keamanan dan kebersihan. Tak jarang babut-babut mereka dirampas.”
3. Unsur Agama
Nilai agama yang dibicarakan diatas adalah mengenai meninggikan nilai Tuhan, yaitu adalah mempunyai pengertian bahwa Tuhanlah yang memiliki hak atas pembalasan dan setiap makhluk di muka bumi ini. Percakapan di atas mengandung konteks keTuhanan, karena karakter ini sedang mengidap sakit kusta dalam kondisi cukup parah karena orang yang berpenyakit kusta dan tidak diobati dalam jangka waktu yang panjang, jarinya akan rusak dan menekuk ke dalam. Karakter ini membicarakan tentang kehadiran Tuhan dan bagaimana Ia menaruh harapannya dalam Tuhan. Walaupun karakter ini sedang dilanda kesulitan, tetapi mereka percaya hanya pada Tuhan mereka dapat berharap. Mereka yakin Tuhan membuat segala sesuatunya baik jika kita terus berusaha dan berada di jalan yang benar bersamaNya.
Bukti dalam cerpen:
““Tidak. Di sana ada Tuhan,” katanya dengan geram sambil tangannya yang tidak berjari-jari sempurna itu menunjuk-nunjuk ke langit. “Tuhan yang akan menunaikan dendam kami. Tuhan…,” ucapnya lagi, sekarang dengan lebih khidmat.”
4. Latar Belakang Pengarang
A. Keberanian Berpendapat
Martin Aleida adalah salah seorang saksi mata sejarah yang merasakan secara langsung bagaimana proses penghancuran sistematis atas karakter bangsa melalui peristiwa ’65 tersebut. Sebagai sastrawan yang harus menjadi korban dari pogrom ’65 karena banyak terlibat dalam LEKRA, pogrom ’65 adalah peristiwa yang harus selalu dikabarkan sebagai kepada khalayak ramai Indonesia. LEKRA adalah organisasi yang mengimbau rakyat untuk berani berpendapat melalui para seniman. Martin Aleida mencoba untuk mendorong para pembaca untuk berani berjuang untuk kebenaran dan apa yang mereka inginkan melalui cerpen yang diceritakannya. Ia menceritakan bagaimana orang-orang di dalam masyarakat berkumpul untuk memberikan pendapat mereka kepada tukang pajak tersebut.
Bukti dalam cerpen:
“Banyak yang kecewa. Lebih banyak lagi yang mengumpat kelakuan orang pajak tersebut. Beberapa hari kemudian, kulihat orang-orang berkumpul di tepi danau. Mereka bernyanyi-nyanyi, mengusung spanduk yang bertuliskan, “Orang kerja sukarela kok dipajak?” dan berbaris menuju rumah orang pajak tadi. Polisi sempat datang untuk menenangkan. Tak kuduga, para demonstran itu datang pula ke tempatku.
“Pak, beres. Tolong buka kembali. Orang pajak itu sok tahu. Dia kira semua orang seperti dia mata duitan. Buat dia adalah keajaiban kalau ada orang yang mau menolong orang lain tanpa bayar. Seperti Bapak,” bujuk mereka.”
A. Keberanian untuk berjuang demi kebenaran
Martin Aleida ingin mengimbau para pembaca untuk berani berpendapat dan menjungjung tinggi nilai kebenaran. Ia tidak menyukai berada di dalam kekuasaan seseorang yang berderajat tinggi, Ia tidak takut akan pembalasan para petinggi yang akan menghukumnya karena Ia berjuang demi kebenaran. Ia ingin mendorong pembaca untuk membuka kebenaran kepada masyarakat agar nilai kebenaran itu dijunjung tinggi dalam suatu bangsa dan tidak dapat dihalangi oleh para petinggi yang akan menghukum mereka. Karakter yang diceritakannya, tukang urut, adalah karakter yang ingin Ia ceritakan kepada para pembaca, sebagai panutan bahwa kita tidak harus takut akan diktator – diktator.
Bukti dalam cerpen:
“Bukan mau melukai hati orang itu benar yang ingin kucapai dengan mengejek seperti itu. Tetapi, lebih karena keinginanku untuk bebas dari kungkungan kekuasaan dan perasaan ingin dihargai. Nilai yang ingin dijunjung seorang pensiunan. Dan aku tak peduli apakah sang Jenderal akan melakukan pembalasan. Tapi, kalau dia datang pada saat aku tidak sedang membaktikan diriku kepada para penderita kusta, tentu aku akan menerimanya dengan tangan terbuka”
5. Nilai Politik
Suatu masyarakat dapat memiliki pemerintah yang kejam, bentuk kekejaman pemerintah adalah seperti melakukan perlakuan yang menumbuhkan keuntungan hanya untuk pemerintah tersebut dan tidak memerdulikan kondisi masyarakat yang seharusnya menjadi kewajibannya. Bukti suatu kekejaman di dalam cerpen ini adalah tukang urut tersebut menolak permintaan Jenderal untuk diurut dan Jenderal tersebut ingin membalaskan penolakkannya dengan mengutus sekumpulan anak buahnya untuk merampas babut-babut yang dihasilkan orang-orang yang mengidap penyakit kusta. Dengan hal ini, sang Jenderal ingin memberikan peringatan kepadanya agar tukang urut itu mengikuti segala perintahnya, atau para masyarakat di dekatnya akan dibuatnya menderita.
Bukti dalam cerpen:
““Pak, saya pengemudi Jenderal (dia menyebutkan satu nama). Jenderal minta diurut. Dia menunggu di mobil.”
“Jenderal?” sambutku dengan nada suara agak tinggi. Melirik pun tidak, dan kepada yang punya tangan yang masih tertumpang di bahuku, kutambahkan dengan mantap: “Ah… sudah segudang Jenderal yang kuurut. Yang belum cuma panser!”
Hari Minggu keesokan harinya, ketika sedang tekunnya aku merajut serat sabut kelapa, tiba-tiba kudengar langkah yang terseok-seok mendekat. Di bahuku terasa tersampir pegangan yang ganjil. Terasa jari-jari yang tidak lengkap. Ini hari liburku, kupikir. Aku tak menoleh sampai yang punya tangan yang aneh itu memperkenalkan diri.
“Pak, ini saya.”
Dia kemudian jongkok di belakangku.
Aku tak tahu bagaimana kata-kata yang kuucapkan dengan spontan itu mendarat di kuping orang itu. Yang terasa, dia melepaskan tangannya dari bahuku, disusul langkah kakinya meninggalkan ruang di mana aku sedang memintal dan memintal terus untuk membantu para penderita kusta. Terdengar suara pintu pagar dirapatkan dengan setengah hati.
“Kawan-kawan pada menangis meraung-raung. Tadi malam ada truk yang mendadak sontak merapat ke tempat kami. Orang-orang yang berbadan tegap-tegap berloncatan dari atas. Dengan cepat mereka membongkar ratusan babut dan memindahkannya ke dalam truk itu.”
“Lantas?” aku menoleh kepadanya.
“Dari atas truk mereka menyergah seperti harimau lapar, ’Bilang sama tukang pijatmu itu, jangan terlalu congkak! Babut-babutnya ini akan kami bakar!’ ”
DRAMA
A. Pembelajaran Drama
Pembelajaran drama di sekolah dapat diabagi menjadi dua macam yaitu : pembelajaran teori drama, atau pembelajaran apresiasi drama. Masing-masing juga terdiri atas dua jenis, yaitu; pembelajaran teori tentang teks naskah drama dan apresiasi pementasan drama. Dalam apresiasi yang itu naskah maupun pementasan tampaknya kedua hal ini penting, hanya saja tekanannya harus pada aspek apresiasi. Jika teori termasuk dalam kawasan kognitif, maka apresiasi menitikberatkan kawasan afektif.
Pembalajaran Drama juga bisa berperan sebagai penunjang pemahaman dan penggunaan Bahasa. Waktu menonton suatu drama sering terjadi penonton dapat memahami jalan cerita sungguhpun ada kata-kata atau kalimat yang kurang dipahaminya. Ini dimungkinkan karena pembicaraan dalam dialog satu drama diikuti oleh mimik dan gerak-gerik serta intonasi yang jelas oleh pelaku yang memainkan perannya yang baik. Melalui drama, selain dapat mempelajari dan menikmati isinya, orang juga dapat memahami masalah yang disodorkan didalamnya tentang masyarakat. Melalui dialog-dialog pelaku dan murid sekaligus belajar tentang isi drama tersebut dan juga mempertinggi pengertian mereka tentang bahasa lisan. Membaca naskah drama dapat memperkaya kemampuan pembaca dengan memahami jalan cerita, tema, problematika dalam drama tersebut. Jika pembaca memang diarahkan untuk itu.
Pembelajaran drama di kelas dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam hal:
1. Membaca (Teks Drama)Teks drama adalah wacana dialog yang berbeda-beda dengan teks prosa.
· Wacana dialog lebih sulit dibaca atau dipahami karena dialog tokoh-tokoh yang satu dilengkapi oleh tokoh yang lain.
2. Mendengarkan (Menyimak Drama)
· Teks drama dapat juga dibaca didepan kelas oleh beberapa murid, sedang murid lainnyamendengarkan, mencatat tema dan isinya, dan berusaha untuk dapat menggapai hasil kegiatan mendengarkan itu.
3. Menulis
· Menulis yang berkaitan dengan pengajaran drama dapat berupa menulis teks drama sederhana, ataupun menulis resensi teks drama.
4. Wicara
· Latihan wicara dapat dilaksanakan dengan menceritakan isi singkat drama didepan kelas dan pendramaan teks drama dengan pendramaan itu, dapat dibina kelancaran berbicara. Latihan wicara itu dapat juga dilakukan dengan pengkasetan dialog seperti dalam drama radio.
B. Manfaat dari Pembelajaran Drama
Pertama, siswa akan belajar memahami heterogenitas budaya (multikulturalisme) yang tercermin dalam sebuah pementasan, baik yang berwujud ide, benda dan kebiasaan.
Kedua, siswa akan lebih memiliki rasa percaya diri terutama ketika berhadapan dengan publik.
Ketiga, siswa akan mendapat kesempatan luas untuk bersosialisasi dan meningkatkan kemampuan dalam mengorganisasikan kerja tim.
C. Contoh Rancangan Pembelajaran Membuat Naskah Drama
Tujuan Pembelajaran:
Aktivitas kelas
Contoh Naskah Drama
Anak lelaki
Oleh: Asyifa Panigoro
LAYAR DIBUKA SANGAT GELAP, HANYA ADA SATU LAMPU SOROT KEPADA LELAKI YANG SEDANG BERDIRI )
Wahai anak lelaki yang sedang berjuang disana, jangan lah sekali-kali kamu melupakan daratan. Wahai anak lelaki yang sedang di mabuk materi, jangan lah sekali-kali kau lupa kepada sumber dari semua bagian tubuh mu itu. Wahai anak yang sedang berubah wujud menjadi sesosok pria angkuh, jangan lah pernah lupa kepada sosok Tuhan Mu.
(TIRAI DITUTUP LAGI, LAYAR DIBUKA ADEGAN WISUDA )
Dosen: Dipersilahkan kepada lulusan terbaik kita, Satrio Hasyim untuk menaiki podium untuk memberikan pidato kelulusan nya.
Satrio:
Assalamualaikum wr.wb puji syukur saya bisa berdiri di atas podium ini untuk menyampaikan mungkin pidato terakhir saya disini. Selama kurang lebih menimba ilmu selama empat tahun di fakultas ini, saya sangat belajar. Bagaimana caranya menjadi mandiri, bekerja sama dengan teman, dan mungkin muji-muji dosen biar dibantu hehehe. Tidak kerasa saya sekarang sudah akan lulus S1, dan saya sangat begitu bangga hari ini dengan teman-teman yang lain nya. Kehadiran saya disini sebagai lulusan terbaik tidak luput jauh dari pengaruh besar Allah swt dan Orang tua. Orang tua saya yang sudah merawat saya dari kecil selalu mendukung saya dalam hal apapun yang membuat saya terus semangat dan ingin melakukan yang terbalik. Terutama bapak saya, beliau selalu mengajarkan kalau jadi orang itu jangan cepat puas. Harus selalu tetap berusaha dijalan yang benar. Kalau semua sudah dilakukan dengan iklas, insyaAllah akan terus berjalan dengan lancar dan sukses.
(LAYAR MENJADI GELAP, DAN TERANG KEMBALI DENGAN SATRIO BERPAKAIAN RAPIH INGIN PERGI KE KANTOR)
Satrio :
Pak, mah satrio pergi dulu ya (BERSALAMAN)
Santi & Yanto:
Hati-hati nak.
Santi:
Pak, anak kita sudah besar ya sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Tidak kebayang kalau ia akhirnya berkeluarga dan akan meninggalkan kita berdua disini.
Yanto:
Semua orang juga bakal jadi tua mah, beiginilah nasib pensiunan bakal jadi kakek dan nenek. Sekarang waktu nya kita sebentar lagi jadi seperti itu. Bapak engga sabar momong cucu, kamu tuh ingetin si Satrio cepetan cari pendamping.
Santi:
Bagaimana mau cari istri, kerjaan nya kerja kerja kerja. Sama kita aja kelihatan nya sudah hampir lupa. Padahal dulu rajin mengaji, solat, malah solat tahajud. Sekarang di ajak berjamaah saja alasan nya banyak. Rumah udah di jadiin kantor juga sama dia.
Yanto:
Ya yaudahlah mah, biarkan saja. Kan anak laki-laki kita sekarang sudah jadi dewasa bukan yang bisa dimandiin lagi.
(TIRAI DITUTUP, DAN DI BUKA KEMBALI MENUNJUKAN LATAR BELAKANG DIRUANG KERJA)
Satrio:
Pak sebentar lagi satrio pulang ya, perlu satrio beli makanan gak?
Yanto:
Baguslah, gausah mamah udah masak yang enak kok buat kita. Cepat ya nak
(LATAR BELAKANG BERUBAH JADI RUMAH DAN LAMPU TERANG MENDERANG)
Satrio:
Bapak, mamah Satrio pulaaaaang. Assalamualaikum
Yanto & Santi:
Walaikumsalam
(BERANJAK KE MEJA MAKAN)
Satrio:
Satrio punya berita baik, satrio di angkat jabatan ke manager pak mah. Semoga bapak dan mamah senang dan bangga ya,.
Santi:
Alhamdullilah, pasti nya mamah sangat bangga. Hasil kerja keras kamu ada hasilnya.
Yanto:
Tapi jangan lupa Tuhan, dan jangan gampang puas.
Santi:
Iya, terus jangan lupa juga cari pendamping dong. Mamah sama bapak tuh udah tua udah saat nya momong cucu tau. Nikah itu ibadah lagi hahahah
Gaada waktu, satrio mau kerja aja dulu kumpulin uang buat calon keluarga nya Satrio.
Yanto:
Tuhkan pasti ngomong nya gitu. Dengerin dong orang tua sekali aja,
Santi:
Udah –udah.. berantem saja terus. Mending kita makan yang banyak merayakan keberhasilan yang satrio capai
Yanto:
Kapansih Satrio dengerin mamah? Dulu mamah susah-susah ngurusin kamu. Gara-gara kamu bangun jam 3 jam 5 pagi jadi kurang tidur. Abis itu bapak capek-capek cari duit biar kamu jadi anak yang pinter. Sampe sekarang kamu dapet posisi seperti ini nak
Satrio:
Itu terus yang dibacarain, satrio tuh pengen yang terbaik buat calon keluarga Satrio. Itu mah entar aja kalau udah bener-bener mapan.
Yanto:
Bisa nya ngelawan aja kamu. (DENGAN SUARA YANG LEBIH TINGGI)
Santi:
Io, mamah kangen sekali makan malam bertiga dirumah sama kamu. Sudah jarang kita kaya gitu, kamu sibuk banget sih sama kerjaan.
Satrio:
Ya gimana dong mah, orang tuntutan.
Santi:
Gimana kalau besok mamah masakin sop daging kesukaan kamu, jadi besok jangan lembur ya kita makan bertiga diskusi yang asik.
Satrio:
Yaudah, besok Satrio pulang cepet deh. Udah lama juga gak makan itu. Bapak mana?
Santi:
Lagi shalat, udah shalat belum?
Satrio:
Ohiya, ntar deh mah urusin dokumen dulu.
Yanto:
Heh, shalat kamu sekarang gimana kamu mau sukses kalau lupa Tuhan melulu. (DENGAN NADA AGAK MEMBENTAK)
Satrio:
Yaelah pak, satrio udah gede bapak kaya marahin anak 10 tahun.
Yanto:
Sudah besar? Mana pendamping nya? Belum lengkap Io. Jangan sok nasehatin bapak ya kamu.
(LATAR BELAKANG DI GANTI MENJADI KANTOR)
Satrio:
Pak, satrio pulang malem ya harus lembur (BICARA LEWAT TELFON).
Yanto:
Loh katanya kamu mau makan dirumah, udah janji loh sama mamah sama bapak. Mamah udah masak ikan kesukaan kamu udah siapin yang lain juga hargain dong.
Satrio:
Aduhhhhhh… satrio lupa pah. Maaf deh ya besok-besok aja. Satrio sibuk banget (MENUTUP TELFON).
Yanto:
Heh, satrio! Malah dimatiin. Dasar anak gak patuh, dulu aja ngerengek-rengek bapak harus pulang cepet.
Santi:
Udah pak.. biarin aja. Entar mamah SMS biar tidak lupa shalat dan makan.
Yanto:
Ya terserah kamu deh, terlalu manjain anak padahal anak adat nya sudah begitu. (SAMBIL MENINGGALKAN PANGGUNG)
Santi:
Hffft…. (KEBINGUNGAN DAN RESAH)
Santi:
Bapaaaaak.. jangan ngambek dong, yaudah kita habisin berdua saja habisin semuanya (MENGEJAR YANTO)
Yanto:
Aku kan tidak boleh makan banyak daging!, kamu juga nih gak ingat umur. (BERTERIAK DARI BELAKANG PANGGUNG)
Santi:
Pak, inget gak besok hari apa?
Yanto:
Selasa?
Santi:
Aduhhhhh… bapak gitu doang masa lupa sih. (MELIPAT TANGAN DI DEPAN DADA SAMBIL CEMBERUT)
Yanto:
Hah apa sih mah? Beneran deh bapak lupa.
Santi:
Yasudah inget-inget sendiri saja sana.
Yanto:
Kok gitu sih
Santi:
Biarin saja gitu aja lupa.
Yanto:
Io, besok tuh ada apa sih? (BERBICARA DI TELFON)
Satrio:
Hah? Besok kan hari selasa pak.
Yanto:
Ya iya, tapi mamah mu ngambek tiba-tiba.
Satrio:
Aduh pak satrio sebentar lagi meeting. Tapi kayanya Satrio inget deh, ulang tahun Bapak sama mamah yang ke 30 bukan sih?
Yanto:
Ohiya! Itu kan hari ulang tahun mamah juga. Kamu besok gaboleh sibuk-sibuk ya pulang kerja cepat terus rayain bareng-bareng. Awas ya kamu, bapak ingatkan gaboleh menggeser prioritas yang utama. Kamu tuh akhir-akhir ini bapak lihat sering bantah dan sering lupa sama daratan. Kamu masih tinggal sama bapak sama mamah loh Io, pikirin dong ada orang tua dirumah.
Satrio:
Selalu deh bapak marahin io kaya Io anak umur sepuluh tahun. (MENUTUP TELFON DENGAN KERAS)
Yanto:
Astagfiruloh ini anak, calon-cakon durhaka.
Satrio:
Assalamualaikum, Io pulang.
Yanto:
Malem sekali nak, walaikumsalam. Sini duduk, bapak mau bicara mumpung mamah mu sudah tidur.
Satrio:
Kenapa pak?
Yanto:
Besok kan mamah mu ulang tahun, dan hari ulang tahun pernikahan kita yang ke 30. Bapak harap bisa merayakan nya bareng-bareng mamah pasti seneng banget io. Ada ide gak?
Satrio:
Gatau deh pak io masuk dulu ya
Yanto:
Bukan nya bantu
(LAMPU CAHAYA BERUBAH MENJADI TERANG SEKALI)
Santi:
Selamat pagi bapak..
Yanto:
Selamat pagi mamah, selamat ulang tahun ya semoga panjang umur sehat selalu dan kita semakin dikasih berkah aminnn (SAMBIL MEMELUK)
Satrio:
Selamat ulang tahun mamah dan ulang tahun pernikahan juga mamah bapak. Selalu bahagia ya. (BERSALAMAN)
Santi:
Terimakasih anak ku.. aminnnnnn.
Yanto:
(MEMBERIKAN BUNGA)
Santi:
Ah… bapak masih romantis aja sampe sekarang.
Yanto:
Hehehe
Satrio:
Io pergi dulu ya. Asalamualaikum
Yanto:
Lho? Kan papa udah bilang kamu ambil cuti aja khusus hariini… kita kan mau merayakan hariini.
Santi:
Io, kamu bener udah merencanakan mau cuti hariini? Kok gajadi? Hariini kan special io.
Satrio:
Aduh gabisa, meeting mendadak. Maaf ya mah pak.
Yanto:
Maaf? Bilang apa kamu sekali lagi. Coba ngomong yang keras, ini udah berapa kali ya semenjak kamu kerja diperusahaan kayu itu kerjaan nya ingkar janji, lupa orang tua, sampe kamu lupa Tuhan. Jangan sekali-kali kamu lupa apa yang membuat kamu seperti ini. Kamu mau kemana kalau misalnya musibah udah nimpa? Kamu mau kemana kalau kamu udah kehilangan semua yang kamu nikmati sekarang? Kamu mau kemana io? Ini hari ulang tahun mamah mu loh dan ulang tahun pernikahan orang tua, kamu mau gini terus. Semua nya itu harus seimbang gabisa semuanya kamu kerjain kaya gitu kaya orang maruk. Kamu tuh anak satu satu nya nak. Gausah kaya orang udah ngerti kehidupan sebenarnya ya (MEMBENTAK DAN TIBA TIBA MENGALAMI SERANGAN JANTUNG DAN TERJATUH)
Santi:
Pak, bapaaaak astagfirulohhhhh
Satrio:
Yaampun bapak (mengangkat dan membawa kemobil)
Santi:
Satrio makanya jadi anak kamu harus dengerin orang tua! Sekarang kamu liat kamu bikin bapak kaya gini. (MENANGIS DIDALAM MOBIL)
(BAPAK YANTO JATUH KOMA)
Satrio:
Pak, ini hasil nya ya kalau Io kerjaan nya bantah mamah dan Bapak?
Santi:
Maksud kamu ngomong begitu apa nak?
Satrio:
Mah, bapak satrio minta maaf…
Santi:
Kamu baru minta maaf sekarang setelah kamu lihat kondisi bapak kamu kaya gini?
Satrio:
Bapak.. maafin satrio udah kaya gini. Bapak pasti mau lihat satrio nikah sama mau gendong cucu kan? bertahan pak satrio minta maaf banget… bener bener minta maaf aku nyesal pak
(LATAR BELAKANG MUSIK BERLAJU DENGAN CEPAT)
tiiiitttt….
Jantung nya pun tidak berdetak lagi
Satrio:
AAAAAAAAAAA KENAPA AKU SEPERTI INIIII (SAMBIL BERKACA DAN MELIHAT DIRINYA MENJADI TUA) aku menyesal aku sadar bahwa semua nya pun akan menjadi tua. Aku tidak mau seperti ini
(SEMUA PERALATAN JATUH TERMASUK SANTI DAN TINGGAL SATRIO SENDIRIAN)
Satrio:
AAAAA BAPAK MAMAHH JANGAN PERGI AKU MENJADI TUAAA
(SAMBIL TIRAI DITUTUP)
“WANITA LAIN"
Karya: Velda Azaria
ADEGAN 1
Intan melihat keluar jendela, rupanya malam itu sudah semakin larut, dilihatnya langit yang sudah semakin gelap dan yang hanya terdengar adalah jangkrik di depan terasnya. Ia menguap untuk kesekian kalinya, matanya hampir tertutup untuk menunggu kedatangan suaminya yang sangat Ia kasihi.
(PINTU TERBUKA PERLAHAN, INDRA MEMASUKI RUMAH)
Intan: Dari mana saja kamu, mas?
Indra: Maaf, tadi mas harus kerja lembur, ada tugas yang mas belum selesaikan, sayang. (Menggantung jas dan membuka sepatu)
Intan: Oh begitu, belakangan ini bosmua selalu ngasih banyak kerjaan.
Indra: Percaya sama mas, Intan. Kamulah satu-satunya yang ada di hati mas, kan kamu tahu, dari dulu semenjak kuliah mas gak laku dan gak ada yang mau sama mas kecuali kamu.
Intan: Ah, mas bisa aja. Udah, cepetan, besok harus bangun pagi. Udah jam 11 malam.
(INDRA MEMASUKI KAMAR, INTAN MENGIKUTINYA)
ADEGAN 2
Pagi menjelang siang, Intan menyapu lantai sambil mengelus perutnya. Ia sedang mengandung seorang bayi perempuan. Terdengar suara ketukan pintu, rupanya teman dekatnya, Marla berkunjung.
(PINTU DIBUKA, MEREKA BERPELUKAN DENGAN KEGIRANGAN)
Intan: Silahkan duduk, Mar. Sudah lama sekali kamu belum berkunjung. Mau teh? (Menyenderkan sapunya pada tembok dan duduk di kursi)
Marla: Baru saja aku tadi minum, udah kembung nih. Eh ngomong-ngomong, Indra gimana sekarang?
Intan: Indra belakangan ini pulangnya malam banget, Mar. Udah dua tahun dia kerja, biasanya pulangnya jam 8 terus, gak pernah telat.
Marla: Ah, alesan. Biasanya ya, tan. Kalau suami tuh ya, kalau lagi selingkuh, pasti alesannya tugas kerjaan.
Intan: Gak lah, Mar. Aku tahu Indra, dia bisa dipercaya.
Marla: Justru itu, tan. Karena dia tahu kamu udah percaya banget, eh malah dianya yang keenakan. Lelaki mah gitu.
Intan: (terdiam sejenak, berfikir) Aku juga gak tau, Mar. Bisa aja sih, tapi aku gak mau negative thinking dulu. Kita udah empat tahun menikah dan selama ini hidup kami bahagia. Tapi kamu ada benernya sih, Mar.
Marla: Cara gampangnya ya, kamu cium baunya, kayak parfum perempuan gak? Biasanya juga nih ya, kalau dia lagi romantis – romantisnya, dia takut ketahuan, dan --
Intan: Oke oke, cukup. Kamu nakut-nakutin aku. Ngomong – ngomong, gimana karirmu di dunia fashion?
(TETAP BERBINCANG – BINCANG SEPERTI BIASA)
ADEGAN 3
Pada malam itu, Indra sudah terlelap di kasur, namun mata Intan tetap terbuka, tetap sadar. Ia bangun dari tempat tidurnya, berjalan ke tas kerja Indra. Ia membuka resleting tas itu perlahan sambil melirik ke suaminya yang tidak bergerak sama sekali. Dilihatnya lipstik di kantung depan tas.
Intan: (berfikir dalam hati) Mungkin karena mas Indra buru – buru pulang, lipstik perempuan yang gak tau diri itu gak sengaja kebawa. Ternyata Marla benar, aku gak bisa percaya suamiku. Tega – teganya, saat isterinya mengandung, dia main di belakang aku. Oke, oke, aku gak boleh mikir yang enggak – enggak dulu. Siapa tahu dia belikan buat aku lipstik ini, hmmm.. lihat aja besok. (menutup resleting tas)
ADEGAN 4
Langit malam pun tiba, jam menunjukan pukul 9 malam. Pintu depan terbuka dan Indra memasuki rumah. Intan membantunya membuka jas dan menaruh sepatunya di rak.
Intan: (tangan di belakang, tersenyum) kayaknya ada yang mau ngasih kejutan nih.
Indra: Hah? Kejutan apa? (wajah bingung)
Intan: (muka berubah menjadi kecewa, merunduk) Eh, maaf, gak apa – apa. Hehe.
Indra: Oke kalau begitu, aku makan dulu. (meletakkan tas di kursi dan berjalan ke ruang makan)
Intan: (membuka reselting depan tas, berfikir dalam hati) Wah, kok masih ada sih lipstiknya? (menutup resleting dan berjalan ke ruang makan)
(Lilin – lilin tertera di meja makan, bunga di dalam vas terletak di tengah meja, Indra berdiri dengan membuka lengannya)
Indra: Surprise!
Intan: (terdiam sejenak, teringat kata – kata Marla)
Indra: Lho, kenapa? Kamu tidak suka? (menurunkan lengannya)
Intan: Kamu kenapa tiba – tiba ngasih kejutan?
Indra: Aku kan abis gajian, lagi pula sudah lama kita tidak makan – makan seperti ini. Maaf kalau kamu tidak su--
Intan: Aku suka. Ya tapi tiba – tiba aja, biasanya, pulang malam langsung tidur.
Indra: Ya, aku minta maaf, makannya aku bikin acara kayak gini.
Intan: (duduk di kursi dan berfikir dalam hati) Jangan – jangan Marla, benar tentang modus biar dia gak ketahuan selingkuh. Tapi memang benar sih, ini kan awal bulan dan Indra memang dapat gaji dari kantor, tapi kan gajinya gak seberapa.
Indra: Kamu yakin kamu gak apa – apa? (duduk di kursi)
Intan: (terbangun dari lamunannya) Iya, gak apa – apa, cuman kan lebih baik gaji kamu disimpan buat masa depan anak kita. (mengelus perutnya)
Indra: Tenang, aku ada lebih. Aku dinaikkan gaji, ya hasil dari kerja lembur kemarin.
Intan: Kok tiba – tiba sekali, mas? Seharusnya kamu ngasih tau aku dari awal.
Indra: (terdiam sejenak, menjilat bibirnya) Kan namanya juga surprise, hehe. Eh, makan – makan, keburu dingin.
(INTAN & INDRA MEMAKAN LALAPAN DI MEJA)
ADEGAN 5
Keesokan harinya, telepon rumah Intan berdering di siang hari, Intan berhenti membaca buku untuk mengangkatnya.
Intan: Halo?
Marla: Intan! Gimana kabarnya?
Intan: Baik, baru aja kemarin kita ketemu, udah nanya aja. (tertawa kecil)
Marla: Kan cuman ngecek aja, tan. Eh, gimana tuh si Indra? Aku bener kan?
Intan: Ya, aku masih ragu – ragu sih. Kemarin aku nemuin lipstik di tasnya, kukira dia mau ngasih kejutan, tapi kejutannya malah dia pasang candle light dinner di rumah kemarin. Padahal udah lama dia gak bersikap romantis.
Marla: Tuh kan, apa aku bilang empat tahun yang lalu, kamu seharusnya sama Tristan aja, dibandingkan sama Indra.
Intan: Oh iya, gimana ya kabarnya Tristan sekarang?
Marla: Hmm.. kamu belum tahu juga? Dia udah gonta – ganti pacar berkali – kali, tapi sepertinya dia masih gak bisa move on dari kamu, tan. Padahal kalian tuh dulu cocok banget, eh si Indra datang.
Intan: Ohh, beneran, Mar? Aduh, aku merasa bersalah nih. (dahi mengkerut)
Marla: Kamu temuin aja dia, kan nomernya masih sama. Eh, aku udah dulu ya, ada client nih. Sampai nanti, Intan.
Intan: Sampai jumpa, Marla. (menutup telepon)
Intan: (dalam hati) Apa benar kata Marla? Apa aku sudah memilih pilihan yang salah? Bagaimanapun juga aku harus telepon Tristan untuk minta maaf.
(Intan membuka kontak hpnya untuk menelpon Tristan)
Tuuutt…. Tuutttt..
Tristan: Halo, dengan Tristan. Ada yang bisa dibantu?
Intan: Tristan? Bisa bicara?
Tristan: Eh.. In.. Intan?
Intan: Kamu kenapa? Kok ngomongnya gugup gitu?
Tristan: Eh gak apa – apa. Sudah lama sekali aku mendengar dari kamu, Intan.
Intan: Maaf aku ganggu jam kerja. Tapi tadi Marla telepon dan aku kepikiran, aku minta maaf ya.
Tristan: Minta maaf untuk apa, Intan?
Intan: Kejadian empat tahun lalu, aku sudah meninggalkanmu tanpa penjelasan pas kamu pergi ke Amerika selama tiga bulan.
Tristan: Eh, gak apa – apa, Intan. I.. itu kan sudah lama sekali.
Intan: Iya, aku tahu, aku cuman mau minta maaf. Eh, ngomong – ngomong, dimana kamu sekarang?
Tristan: Aku masih di Jakarta, aku akan berangkat dua minggu ke depan ke Amerika.
Intan: Ah.. Amerika?
Tristan: Iya, Amerika. Kamu sendiri gimana….. sama Indra?
Intan: Oh, biasa. Aku gak yakin hubungan kami bisa lama.
Tristan: Lho? Memangnya kenapa?
Intan: Sepertinya ada perempuan lain.
Tristan: (terdiam sejenak)
Intan: Tristan? Maaf aku sudah mengganggumu dengan urusan pribadiku.
Tristan: Bukan itu, Intan. Tetapi Indra itu sungguh buta, dia tidak tahu bahwa Intan yang dia miliki adalah Intan yang berkilau, bersinar dan sangatlah Indah. Dia buta telah memilih perempuan lain dan menghiraukan wanita pujaan seribu pria.
Intan: (tersenyum) Kamu bisa saja.
Tristan: Eh, ngomong – ngomong gimana teman – teman yang lain?
(Melanjutkan percakapan seperti biasa)
ADEGAN 6
Pada hari Sabtu, matahari mulai terbenam dan langit pun semakin gelap. Di dalam pelosok sebuah desa, seorang wanita menyisir rambutnya, melukis alisnya dan merapikan bedaknya. Rupanya, wanita itu bukanlah wanita bila semua riasan itu di lepaskan dari wajahnya, melainkan wanita itu adalah pria yang telah beristri. Teleponnya berdering dari nomor yang tidak diketahui.
Indra: (dengan suara perempuan) Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?
Marla: Halo? Siapa ini?
Indra: (masih dengan suara yang sama) Ah om, bisa saja. Ini Cantika.
Marla: Apa benar? Kamu wanita simpanannya Indra?! (mengangkat nada)
Indra: (terdiam sejenak, memasang muka panik dan langsung menutup telepon.
Marla: Astaga.. aku harus segera beri tahu Intan.
ADEGAN 7
Pada hari yang sama, langit semakin menggelap dan udara semakin dingin. Indra segera bergegas pulang dengan cepat, menyiapkan mentalnya untuk memberi tahu pekerjaan sebenarnya. Sampai di rumah, Ia membuka pintu rumah tersebut, ditemukannya rumah yang berantakkan dan istrinya yang berwajah tegang sedang duduk di kursi dan sebuah koper di sebelah pintu.
Indra: Aku bisa jelaskan.. (menatap Intan dengan sungguh – sungguh)
Intan: Semuanya sudah terlihat jelas. Tidak perlu mengingatkan aku lagi. (Membuang muka)
Indra: Ini pekerjaanku Intan..
Intan: Pekerjaanmu untuk mencari wanita baru? Begitu? (Meneteskan air mata)
Indra: Tataplah wajahku, Intan.
Intan: Aku sudah tidak bisa melihatnya lagi. Aku telah muak.
Indra: Maka itu jadikanlah ini tatapan terakhirmu padaku.
Intan: (terdiam)
Indra: (mengalihkan wajah Intan padanya dan mendesah)
Intan: (membuka mulutnya lebar – lebar dan menangis sambil tertawa, dilihatnya wajah Indra yang masih dirias dan pakainnya yang sangat berbeda) Tak mungkin.
Indra: Aku dipecat dari pekerjaanku dua minggu yang lalu. Aku tahu kamu tidak akan senang mendengarnya, apalagi aku harus mempersiapkan kebutuhan bayi kita. Aku janji setelah aku menabung cukup banyak, aku akan keluar.
Intan: Mas, ini sesungguhnya lebih menyakitkan daripada masalah kamu selingkuh! (bangkit dari kursi)
Indra: (terdiam sejenak lalu menangis tersedu – sedu dan berlutut) Aku minta maaf, aku minta maaf, maaf Intan, maaf aku telah mengecewakan…. Intan…
Intan: Untuk pertama kalinya, aku terpaksa untuk mengatakan bahwa aku jijik sama kamu! Sudah berapa pria yang telah bersama kamu?! Aku benar – benar tidak percaya aku telah tidur sekasur dengan seorang…. (mendesah)
Intan: Mulai hari ini, aku gak mau tau, kamu harus mulai mencari tempat tinggal di luar sana.
Indra: (menatap wajah Intan dengan kosong) Kamu gak serius kan, Intan? (bangkit dari lantai) Aku yang telah memberi makan kamu dan anak kita! Aku yang telah menjaga agar kamu masih bisa memiliki atap di atas kepalamu! Aku yang telah membuat hidupmu lebih bahagia!
Intan: Cukup! Kamu telah berbohong! (menunjuk jari telunjuk kepada Indra) Kamu gak usah repot – repot, kopermu sudah siap.
Indra: (berjalan lambat menuju koper di dekat pintu) Aku benar – benar menyesal, Intan. (membuka pintu dan menutupnya)
ADEGAN 8
Keesokan harinya, Intan terbangun dari tidurnya, Ia membuka telepon genggamnya dan menemukan banyak telepon tak terjawab dari Tristan semalaman. Ia menelpon Tristan.
Intan: Halo, Tristan?
Tristan: (mendesah) Intan.. aku sungguh minta maaf.
Intan: Tidak apa – apa, Tristan. Aku sudah mengetahui dari dulu bahwa aku tidak bisa memercayai Indra.
Tristan: Bu – bukan itu, Intan.
Intan: Terus apa, Tristan?
Tristan: Alasan mengapa aku terus berganti perempuan karena aku –
Intan: (tersenyum) Aku tahu, Tristan. Marla sudah memberitahuku.
Tristan: Dan.. kamu menerima kenyataan begitu saja?
Intan: Iya, lagi pula, sepertinya kita sebenarnya sudah cocok dari dulu.
Tristan: Aku sudah tidak mencintaimu, Intan.
Intan: (berhenti tersenyum) Terus?
Tristan: Alasan aku untuk terus berganti perempuan karena aku tidak menyukai perempuan. Aku menyukai laki – laki. Indralah laki – laki itu.
Intan: Jadi kamu tahu persoalan ini?! Dan kamu.. kamu sama suamiku?!
Tristan: Sepertinya kita berdua mencintai orang yang sama. Kamu tidak pernah mengirimku kabar. Saat itu aku sangat depresi karena kedua orangtuaku menuntutku untuk serius dengan hubunganku, namun aku tidak bisa melakukan itu. Aku berjalan keluar dari rumah, semua jalan aku telusuri, dan akhirnya aku menemukan seseorang yang sungguh perhatian, sungguh memperdulikan keadaanku, dan seseorang itu ternyata musuh pertamaku bertahun – tahun yang lalu. (tertawa sedikit). Tidak bisa kupercaya.
(Seseorang mengetuk pintu rumah)
Intan: Aku telepon balik nanti, Tristan.
(INTAN MELANGKAH KE PINTU TERSEBUT DAN MEMBUKANYA PERLAHAN)
Indra: Boleh aku masuk?
TAMAT
Pembelajaran drama di sekolah dapat diabagi menjadi dua macam yaitu : pembelajaran teori drama, atau pembelajaran apresiasi drama. Masing-masing juga terdiri atas dua jenis, yaitu; pembelajaran teori tentang teks naskah drama dan apresiasi pementasan drama. Dalam apresiasi yang itu naskah maupun pementasan tampaknya kedua hal ini penting, hanya saja tekanannya harus pada aspek apresiasi. Jika teori termasuk dalam kawasan kognitif, maka apresiasi menitikberatkan kawasan afektif.
Pembalajaran Drama juga bisa berperan sebagai penunjang pemahaman dan penggunaan Bahasa. Waktu menonton suatu drama sering terjadi penonton dapat memahami jalan cerita sungguhpun ada kata-kata atau kalimat yang kurang dipahaminya. Ini dimungkinkan karena pembicaraan dalam dialog satu drama diikuti oleh mimik dan gerak-gerik serta intonasi yang jelas oleh pelaku yang memainkan perannya yang baik. Melalui drama, selain dapat mempelajari dan menikmati isinya, orang juga dapat memahami masalah yang disodorkan didalamnya tentang masyarakat. Melalui dialog-dialog pelaku dan murid sekaligus belajar tentang isi drama tersebut dan juga mempertinggi pengertian mereka tentang bahasa lisan. Membaca naskah drama dapat memperkaya kemampuan pembaca dengan memahami jalan cerita, tema, problematika dalam drama tersebut. Jika pembaca memang diarahkan untuk itu.
Pembelajaran drama di kelas dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam hal:
1. Membaca (Teks Drama)Teks drama adalah wacana dialog yang berbeda-beda dengan teks prosa.
· Wacana dialog lebih sulit dibaca atau dipahami karena dialog tokoh-tokoh yang satu dilengkapi oleh tokoh yang lain.
2. Mendengarkan (Menyimak Drama)
· Teks drama dapat juga dibaca didepan kelas oleh beberapa murid, sedang murid lainnyamendengarkan, mencatat tema dan isinya, dan berusaha untuk dapat menggapai hasil kegiatan mendengarkan itu.
3. Menulis
· Menulis yang berkaitan dengan pengajaran drama dapat berupa menulis teks drama sederhana, ataupun menulis resensi teks drama.
4. Wicara
· Latihan wicara dapat dilaksanakan dengan menceritakan isi singkat drama didepan kelas dan pendramaan teks drama dengan pendramaan itu, dapat dibina kelancaran berbicara. Latihan wicara itu dapat juga dilakukan dengan pengkasetan dialog seperti dalam drama radio.
B. Manfaat dari Pembelajaran Drama
Pertama, siswa akan belajar memahami heterogenitas budaya (multikulturalisme) yang tercermin dalam sebuah pementasan, baik yang berwujud ide, benda dan kebiasaan.
Kedua, siswa akan lebih memiliki rasa percaya diri terutama ketika berhadapan dengan publik.
Ketiga, siswa akan mendapat kesempatan luas untuk bersosialisasi dan meningkatkan kemampuan dalam mengorganisasikan kerja tim.
C. Contoh Rancangan Pembelajaran Membuat Naskah Drama
Tujuan Pembelajaran:
- Siswa mampu menulis naskah drama
- Siswa mampu mengembangkan watak tokoh dalam naskah
- Siswa mampu mengambarkan setting yang sesuai dengan keadaan yang dialami tokoh
- Lakon orang kasar
Aktivitas kelas
- Setiap siswa membaca naskah drama Lakon orang Kasar
- Mintalah siswa untk mengidentifikasi karakter tokoh utama
- Mintalah siswa menganalisis perkembangan karakter
- Siswa membacakan hasil analisis
- Siswa membuat karakter tokoh untuk naskah yang akan dibuatnya
Contoh Naskah Drama
Anak lelaki
Oleh: Asyifa Panigoro
LAYAR DIBUKA SANGAT GELAP, HANYA ADA SATU LAMPU SOROT KEPADA LELAKI YANG SEDANG BERDIRI )
Wahai anak lelaki yang sedang berjuang disana, jangan lah sekali-kali kamu melupakan daratan. Wahai anak lelaki yang sedang di mabuk materi, jangan lah sekali-kali kau lupa kepada sumber dari semua bagian tubuh mu itu. Wahai anak yang sedang berubah wujud menjadi sesosok pria angkuh, jangan lah pernah lupa kepada sosok Tuhan Mu.
(TIRAI DITUTUP LAGI, LAYAR DIBUKA ADEGAN WISUDA )
Dosen: Dipersilahkan kepada lulusan terbaik kita, Satrio Hasyim untuk menaiki podium untuk memberikan pidato kelulusan nya.
Satrio:
Assalamualaikum wr.wb puji syukur saya bisa berdiri di atas podium ini untuk menyampaikan mungkin pidato terakhir saya disini. Selama kurang lebih menimba ilmu selama empat tahun di fakultas ini, saya sangat belajar. Bagaimana caranya menjadi mandiri, bekerja sama dengan teman, dan mungkin muji-muji dosen biar dibantu hehehe. Tidak kerasa saya sekarang sudah akan lulus S1, dan saya sangat begitu bangga hari ini dengan teman-teman yang lain nya. Kehadiran saya disini sebagai lulusan terbaik tidak luput jauh dari pengaruh besar Allah swt dan Orang tua. Orang tua saya yang sudah merawat saya dari kecil selalu mendukung saya dalam hal apapun yang membuat saya terus semangat dan ingin melakukan yang terbalik. Terutama bapak saya, beliau selalu mengajarkan kalau jadi orang itu jangan cepat puas. Harus selalu tetap berusaha dijalan yang benar. Kalau semua sudah dilakukan dengan iklas, insyaAllah akan terus berjalan dengan lancar dan sukses.
(LAYAR MENJADI GELAP, DAN TERANG KEMBALI DENGAN SATRIO BERPAKAIAN RAPIH INGIN PERGI KE KANTOR)
Satrio :
Pak, mah satrio pergi dulu ya (BERSALAMAN)
Santi & Yanto:
Hati-hati nak.
Santi:
Pak, anak kita sudah besar ya sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Tidak kebayang kalau ia akhirnya berkeluarga dan akan meninggalkan kita berdua disini.
Yanto:
Semua orang juga bakal jadi tua mah, beiginilah nasib pensiunan bakal jadi kakek dan nenek. Sekarang waktu nya kita sebentar lagi jadi seperti itu. Bapak engga sabar momong cucu, kamu tuh ingetin si Satrio cepetan cari pendamping.
Santi:
Bagaimana mau cari istri, kerjaan nya kerja kerja kerja. Sama kita aja kelihatan nya sudah hampir lupa. Padahal dulu rajin mengaji, solat, malah solat tahajud. Sekarang di ajak berjamaah saja alasan nya banyak. Rumah udah di jadiin kantor juga sama dia.
Yanto:
Ya yaudahlah mah, biarkan saja. Kan anak laki-laki kita sekarang sudah jadi dewasa bukan yang bisa dimandiin lagi.
(TIRAI DITUTUP, DAN DI BUKA KEMBALI MENUNJUKAN LATAR BELAKANG DIRUANG KERJA)
Satrio:
Pak sebentar lagi satrio pulang ya, perlu satrio beli makanan gak?
Yanto:
Baguslah, gausah mamah udah masak yang enak kok buat kita. Cepat ya nak
(LATAR BELAKANG BERUBAH JADI RUMAH DAN LAMPU TERANG MENDERANG)
Satrio:
Bapak, mamah Satrio pulaaaaang. Assalamualaikum
Yanto & Santi:
Walaikumsalam
(BERANJAK KE MEJA MAKAN)
Satrio:
Satrio punya berita baik, satrio di angkat jabatan ke manager pak mah. Semoga bapak dan mamah senang dan bangga ya,.
Santi:
Alhamdullilah, pasti nya mamah sangat bangga. Hasil kerja keras kamu ada hasilnya.
Yanto:
Tapi jangan lupa Tuhan, dan jangan gampang puas.
Santi:
Iya, terus jangan lupa juga cari pendamping dong. Mamah sama bapak tuh udah tua udah saat nya momong cucu tau. Nikah itu ibadah lagi hahahah
Gaada waktu, satrio mau kerja aja dulu kumpulin uang buat calon keluarga nya Satrio.
Yanto:
Tuhkan pasti ngomong nya gitu. Dengerin dong orang tua sekali aja,
Santi:
Udah –udah.. berantem saja terus. Mending kita makan yang banyak merayakan keberhasilan yang satrio capai
Yanto:
Kapansih Satrio dengerin mamah? Dulu mamah susah-susah ngurusin kamu. Gara-gara kamu bangun jam 3 jam 5 pagi jadi kurang tidur. Abis itu bapak capek-capek cari duit biar kamu jadi anak yang pinter. Sampe sekarang kamu dapet posisi seperti ini nak
Satrio:
Itu terus yang dibacarain, satrio tuh pengen yang terbaik buat calon keluarga Satrio. Itu mah entar aja kalau udah bener-bener mapan.
Yanto:
Bisa nya ngelawan aja kamu. (DENGAN SUARA YANG LEBIH TINGGI)
Santi:
Io, mamah kangen sekali makan malam bertiga dirumah sama kamu. Sudah jarang kita kaya gitu, kamu sibuk banget sih sama kerjaan.
Satrio:
Ya gimana dong mah, orang tuntutan.
Santi:
Gimana kalau besok mamah masakin sop daging kesukaan kamu, jadi besok jangan lembur ya kita makan bertiga diskusi yang asik.
Satrio:
Yaudah, besok Satrio pulang cepet deh. Udah lama juga gak makan itu. Bapak mana?
Santi:
Lagi shalat, udah shalat belum?
Satrio:
Ohiya, ntar deh mah urusin dokumen dulu.
Yanto:
Heh, shalat kamu sekarang gimana kamu mau sukses kalau lupa Tuhan melulu. (DENGAN NADA AGAK MEMBENTAK)
Satrio:
Yaelah pak, satrio udah gede bapak kaya marahin anak 10 tahun.
Yanto:
Sudah besar? Mana pendamping nya? Belum lengkap Io. Jangan sok nasehatin bapak ya kamu.
(LATAR BELAKANG DI GANTI MENJADI KANTOR)
Satrio:
Pak, satrio pulang malem ya harus lembur (BICARA LEWAT TELFON).
Yanto:
Loh katanya kamu mau makan dirumah, udah janji loh sama mamah sama bapak. Mamah udah masak ikan kesukaan kamu udah siapin yang lain juga hargain dong.
Satrio:
Aduhhhhhh… satrio lupa pah. Maaf deh ya besok-besok aja. Satrio sibuk banget (MENUTUP TELFON).
Yanto:
Heh, satrio! Malah dimatiin. Dasar anak gak patuh, dulu aja ngerengek-rengek bapak harus pulang cepet.
Santi:
Udah pak.. biarin aja. Entar mamah SMS biar tidak lupa shalat dan makan.
Yanto:
Ya terserah kamu deh, terlalu manjain anak padahal anak adat nya sudah begitu. (SAMBIL MENINGGALKAN PANGGUNG)
Santi:
Hffft…. (KEBINGUNGAN DAN RESAH)
Santi:
Bapaaaaak.. jangan ngambek dong, yaudah kita habisin berdua saja habisin semuanya (MENGEJAR YANTO)
Yanto:
Aku kan tidak boleh makan banyak daging!, kamu juga nih gak ingat umur. (BERTERIAK DARI BELAKANG PANGGUNG)
Santi:
Pak, inget gak besok hari apa?
Yanto:
Selasa?
Santi:
Aduhhhhh… bapak gitu doang masa lupa sih. (MELIPAT TANGAN DI DEPAN DADA SAMBIL CEMBERUT)
Yanto:
Hah apa sih mah? Beneran deh bapak lupa.
Santi:
Yasudah inget-inget sendiri saja sana.
Yanto:
Kok gitu sih
Santi:
Biarin saja gitu aja lupa.
Yanto:
Io, besok tuh ada apa sih? (BERBICARA DI TELFON)
Satrio:
Hah? Besok kan hari selasa pak.
Yanto:
Ya iya, tapi mamah mu ngambek tiba-tiba.
Satrio:
Aduh pak satrio sebentar lagi meeting. Tapi kayanya Satrio inget deh, ulang tahun Bapak sama mamah yang ke 30 bukan sih?
Yanto:
Ohiya! Itu kan hari ulang tahun mamah juga. Kamu besok gaboleh sibuk-sibuk ya pulang kerja cepat terus rayain bareng-bareng. Awas ya kamu, bapak ingatkan gaboleh menggeser prioritas yang utama. Kamu tuh akhir-akhir ini bapak lihat sering bantah dan sering lupa sama daratan. Kamu masih tinggal sama bapak sama mamah loh Io, pikirin dong ada orang tua dirumah.
Satrio:
Selalu deh bapak marahin io kaya Io anak umur sepuluh tahun. (MENUTUP TELFON DENGAN KERAS)
Yanto:
Astagfiruloh ini anak, calon-cakon durhaka.
Satrio:
Assalamualaikum, Io pulang.
Yanto:
Malem sekali nak, walaikumsalam. Sini duduk, bapak mau bicara mumpung mamah mu sudah tidur.
Satrio:
Kenapa pak?
Yanto:
Besok kan mamah mu ulang tahun, dan hari ulang tahun pernikahan kita yang ke 30. Bapak harap bisa merayakan nya bareng-bareng mamah pasti seneng banget io. Ada ide gak?
Satrio:
Gatau deh pak io masuk dulu ya
Yanto:
Bukan nya bantu
(LAMPU CAHAYA BERUBAH MENJADI TERANG SEKALI)
Santi:
Selamat pagi bapak..
Yanto:
Selamat pagi mamah, selamat ulang tahun ya semoga panjang umur sehat selalu dan kita semakin dikasih berkah aminnn (SAMBIL MEMELUK)
Satrio:
Selamat ulang tahun mamah dan ulang tahun pernikahan juga mamah bapak. Selalu bahagia ya. (BERSALAMAN)
Santi:
Terimakasih anak ku.. aminnnnnn.
Yanto:
(MEMBERIKAN BUNGA)
Santi:
Ah… bapak masih romantis aja sampe sekarang.
Yanto:
Hehehe
Satrio:
Io pergi dulu ya. Asalamualaikum
Yanto:
Lho? Kan papa udah bilang kamu ambil cuti aja khusus hariini… kita kan mau merayakan hariini.
Santi:
Io, kamu bener udah merencanakan mau cuti hariini? Kok gajadi? Hariini kan special io.
Satrio:
Aduh gabisa, meeting mendadak. Maaf ya mah pak.
Yanto:
Maaf? Bilang apa kamu sekali lagi. Coba ngomong yang keras, ini udah berapa kali ya semenjak kamu kerja diperusahaan kayu itu kerjaan nya ingkar janji, lupa orang tua, sampe kamu lupa Tuhan. Jangan sekali-kali kamu lupa apa yang membuat kamu seperti ini. Kamu mau kemana kalau misalnya musibah udah nimpa? Kamu mau kemana kalau kamu udah kehilangan semua yang kamu nikmati sekarang? Kamu mau kemana io? Ini hari ulang tahun mamah mu loh dan ulang tahun pernikahan orang tua, kamu mau gini terus. Semua nya itu harus seimbang gabisa semuanya kamu kerjain kaya gitu kaya orang maruk. Kamu tuh anak satu satu nya nak. Gausah kaya orang udah ngerti kehidupan sebenarnya ya (MEMBENTAK DAN TIBA TIBA MENGALAMI SERANGAN JANTUNG DAN TERJATUH)
Santi:
Pak, bapaaaak astagfirulohhhhh
Satrio:
Yaampun bapak (mengangkat dan membawa kemobil)
Santi:
Satrio makanya jadi anak kamu harus dengerin orang tua! Sekarang kamu liat kamu bikin bapak kaya gini. (MENANGIS DIDALAM MOBIL)
(BAPAK YANTO JATUH KOMA)
Satrio:
Pak, ini hasil nya ya kalau Io kerjaan nya bantah mamah dan Bapak?
Santi:
Maksud kamu ngomong begitu apa nak?
Satrio:
Mah, bapak satrio minta maaf…
Santi:
Kamu baru minta maaf sekarang setelah kamu lihat kondisi bapak kamu kaya gini?
Satrio:
Bapak.. maafin satrio udah kaya gini. Bapak pasti mau lihat satrio nikah sama mau gendong cucu kan? bertahan pak satrio minta maaf banget… bener bener minta maaf aku nyesal pak
(LATAR BELAKANG MUSIK BERLAJU DENGAN CEPAT)
tiiiitttt….
Jantung nya pun tidak berdetak lagi
Satrio:
AAAAAAAAAAA KENAPA AKU SEPERTI INIIII (SAMBIL BERKACA DAN MELIHAT DIRINYA MENJADI TUA) aku menyesal aku sadar bahwa semua nya pun akan menjadi tua. Aku tidak mau seperti ini
(SEMUA PERALATAN JATUH TERMASUK SANTI DAN TINGGAL SATRIO SENDIRIAN)
Satrio:
AAAAA BAPAK MAMAHH JANGAN PERGI AKU MENJADI TUAAA
(SAMBIL TIRAI DITUTUP)
“WANITA LAIN"
Karya: Velda Azaria
ADEGAN 1
Intan melihat keluar jendela, rupanya malam itu sudah semakin larut, dilihatnya langit yang sudah semakin gelap dan yang hanya terdengar adalah jangkrik di depan terasnya. Ia menguap untuk kesekian kalinya, matanya hampir tertutup untuk menunggu kedatangan suaminya yang sangat Ia kasihi.
(PINTU TERBUKA PERLAHAN, INDRA MEMASUKI RUMAH)
Intan: Dari mana saja kamu, mas?
Indra: Maaf, tadi mas harus kerja lembur, ada tugas yang mas belum selesaikan, sayang. (Menggantung jas dan membuka sepatu)
Intan: Oh begitu, belakangan ini bosmua selalu ngasih banyak kerjaan.
Indra: Percaya sama mas, Intan. Kamulah satu-satunya yang ada di hati mas, kan kamu tahu, dari dulu semenjak kuliah mas gak laku dan gak ada yang mau sama mas kecuali kamu.
Intan: Ah, mas bisa aja. Udah, cepetan, besok harus bangun pagi. Udah jam 11 malam.
(INDRA MEMASUKI KAMAR, INTAN MENGIKUTINYA)
ADEGAN 2
Pagi menjelang siang, Intan menyapu lantai sambil mengelus perutnya. Ia sedang mengandung seorang bayi perempuan. Terdengar suara ketukan pintu, rupanya teman dekatnya, Marla berkunjung.
(PINTU DIBUKA, MEREKA BERPELUKAN DENGAN KEGIRANGAN)
Intan: Silahkan duduk, Mar. Sudah lama sekali kamu belum berkunjung. Mau teh? (Menyenderkan sapunya pada tembok dan duduk di kursi)
Marla: Baru saja aku tadi minum, udah kembung nih. Eh ngomong-ngomong, Indra gimana sekarang?
Intan: Indra belakangan ini pulangnya malam banget, Mar. Udah dua tahun dia kerja, biasanya pulangnya jam 8 terus, gak pernah telat.
Marla: Ah, alesan. Biasanya ya, tan. Kalau suami tuh ya, kalau lagi selingkuh, pasti alesannya tugas kerjaan.
Intan: Gak lah, Mar. Aku tahu Indra, dia bisa dipercaya.
Marla: Justru itu, tan. Karena dia tahu kamu udah percaya banget, eh malah dianya yang keenakan. Lelaki mah gitu.
Intan: (terdiam sejenak, berfikir) Aku juga gak tau, Mar. Bisa aja sih, tapi aku gak mau negative thinking dulu. Kita udah empat tahun menikah dan selama ini hidup kami bahagia. Tapi kamu ada benernya sih, Mar.
Marla: Cara gampangnya ya, kamu cium baunya, kayak parfum perempuan gak? Biasanya juga nih ya, kalau dia lagi romantis – romantisnya, dia takut ketahuan, dan --
Intan: Oke oke, cukup. Kamu nakut-nakutin aku. Ngomong – ngomong, gimana karirmu di dunia fashion?
(TETAP BERBINCANG – BINCANG SEPERTI BIASA)
ADEGAN 3
Pada malam itu, Indra sudah terlelap di kasur, namun mata Intan tetap terbuka, tetap sadar. Ia bangun dari tempat tidurnya, berjalan ke tas kerja Indra. Ia membuka resleting tas itu perlahan sambil melirik ke suaminya yang tidak bergerak sama sekali. Dilihatnya lipstik di kantung depan tas.
Intan: (berfikir dalam hati) Mungkin karena mas Indra buru – buru pulang, lipstik perempuan yang gak tau diri itu gak sengaja kebawa. Ternyata Marla benar, aku gak bisa percaya suamiku. Tega – teganya, saat isterinya mengandung, dia main di belakang aku. Oke, oke, aku gak boleh mikir yang enggak – enggak dulu. Siapa tahu dia belikan buat aku lipstik ini, hmmm.. lihat aja besok. (menutup resleting tas)
ADEGAN 4
Langit malam pun tiba, jam menunjukan pukul 9 malam. Pintu depan terbuka dan Indra memasuki rumah. Intan membantunya membuka jas dan menaruh sepatunya di rak.
Intan: (tangan di belakang, tersenyum) kayaknya ada yang mau ngasih kejutan nih.
Indra: Hah? Kejutan apa? (wajah bingung)
Intan: (muka berubah menjadi kecewa, merunduk) Eh, maaf, gak apa – apa. Hehe.
Indra: Oke kalau begitu, aku makan dulu. (meletakkan tas di kursi dan berjalan ke ruang makan)
Intan: (membuka reselting depan tas, berfikir dalam hati) Wah, kok masih ada sih lipstiknya? (menutup resleting dan berjalan ke ruang makan)
(Lilin – lilin tertera di meja makan, bunga di dalam vas terletak di tengah meja, Indra berdiri dengan membuka lengannya)
Indra: Surprise!
Intan: (terdiam sejenak, teringat kata – kata Marla)
Indra: Lho, kenapa? Kamu tidak suka? (menurunkan lengannya)
Intan: Kamu kenapa tiba – tiba ngasih kejutan?
Indra: Aku kan abis gajian, lagi pula sudah lama kita tidak makan – makan seperti ini. Maaf kalau kamu tidak su--
Intan: Aku suka. Ya tapi tiba – tiba aja, biasanya, pulang malam langsung tidur.
Indra: Ya, aku minta maaf, makannya aku bikin acara kayak gini.
Intan: (duduk di kursi dan berfikir dalam hati) Jangan – jangan Marla, benar tentang modus biar dia gak ketahuan selingkuh. Tapi memang benar sih, ini kan awal bulan dan Indra memang dapat gaji dari kantor, tapi kan gajinya gak seberapa.
Indra: Kamu yakin kamu gak apa – apa? (duduk di kursi)
Intan: (terbangun dari lamunannya) Iya, gak apa – apa, cuman kan lebih baik gaji kamu disimpan buat masa depan anak kita. (mengelus perutnya)
Indra: Tenang, aku ada lebih. Aku dinaikkan gaji, ya hasil dari kerja lembur kemarin.
Intan: Kok tiba – tiba sekali, mas? Seharusnya kamu ngasih tau aku dari awal.
Indra: (terdiam sejenak, menjilat bibirnya) Kan namanya juga surprise, hehe. Eh, makan – makan, keburu dingin.
(INTAN & INDRA MEMAKAN LALAPAN DI MEJA)
ADEGAN 5
Keesokan harinya, telepon rumah Intan berdering di siang hari, Intan berhenti membaca buku untuk mengangkatnya.
Intan: Halo?
Marla: Intan! Gimana kabarnya?
Intan: Baik, baru aja kemarin kita ketemu, udah nanya aja. (tertawa kecil)
Marla: Kan cuman ngecek aja, tan. Eh, gimana tuh si Indra? Aku bener kan?
Intan: Ya, aku masih ragu – ragu sih. Kemarin aku nemuin lipstik di tasnya, kukira dia mau ngasih kejutan, tapi kejutannya malah dia pasang candle light dinner di rumah kemarin. Padahal udah lama dia gak bersikap romantis.
Marla: Tuh kan, apa aku bilang empat tahun yang lalu, kamu seharusnya sama Tristan aja, dibandingkan sama Indra.
Intan: Oh iya, gimana ya kabarnya Tristan sekarang?
Marla: Hmm.. kamu belum tahu juga? Dia udah gonta – ganti pacar berkali – kali, tapi sepertinya dia masih gak bisa move on dari kamu, tan. Padahal kalian tuh dulu cocok banget, eh si Indra datang.
Intan: Ohh, beneran, Mar? Aduh, aku merasa bersalah nih. (dahi mengkerut)
Marla: Kamu temuin aja dia, kan nomernya masih sama. Eh, aku udah dulu ya, ada client nih. Sampai nanti, Intan.
Intan: Sampai jumpa, Marla. (menutup telepon)
Intan: (dalam hati) Apa benar kata Marla? Apa aku sudah memilih pilihan yang salah? Bagaimanapun juga aku harus telepon Tristan untuk minta maaf.
(Intan membuka kontak hpnya untuk menelpon Tristan)
Tuuutt…. Tuutttt..
Tristan: Halo, dengan Tristan. Ada yang bisa dibantu?
Intan: Tristan? Bisa bicara?
Tristan: Eh.. In.. Intan?
Intan: Kamu kenapa? Kok ngomongnya gugup gitu?
Tristan: Eh gak apa – apa. Sudah lama sekali aku mendengar dari kamu, Intan.
Intan: Maaf aku ganggu jam kerja. Tapi tadi Marla telepon dan aku kepikiran, aku minta maaf ya.
Tristan: Minta maaf untuk apa, Intan?
Intan: Kejadian empat tahun lalu, aku sudah meninggalkanmu tanpa penjelasan pas kamu pergi ke Amerika selama tiga bulan.
Tristan: Eh, gak apa – apa, Intan. I.. itu kan sudah lama sekali.
Intan: Iya, aku tahu, aku cuman mau minta maaf. Eh, ngomong – ngomong, dimana kamu sekarang?
Tristan: Aku masih di Jakarta, aku akan berangkat dua minggu ke depan ke Amerika.
Intan: Ah.. Amerika?
Tristan: Iya, Amerika. Kamu sendiri gimana….. sama Indra?
Intan: Oh, biasa. Aku gak yakin hubungan kami bisa lama.
Tristan: Lho? Memangnya kenapa?
Intan: Sepertinya ada perempuan lain.
Tristan: (terdiam sejenak)
Intan: Tristan? Maaf aku sudah mengganggumu dengan urusan pribadiku.
Tristan: Bukan itu, Intan. Tetapi Indra itu sungguh buta, dia tidak tahu bahwa Intan yang dia miliki adalah Intan yang berkilau, bersinar dan sangatlah Indah. Dia buta telah memilih perempuan lain dan menghiraukan wanita pujaan seribu pria.
Intan: (tersenyum) Kamu bisa saja.
Tristan: Eh, ngomong – ngomong gimana teman – teman yang lain?
(Melanjutkan percakapan seperti biasa)
ADEGAN 6
Pada hari Sabtu, matahari mulai terbenam dan langit pun semakin gelap. Di dalam pelosok sebuah desa, seorang wanita menyisir rambutnya, melukis alisnya dan merapikan bedaknya. Rupanya, wanita itu bukanlah wanita bila semua riasan itu di lepaskan dari wajahnya, melainkan wanita itu adalah pria yang telah beristri. Teleponnya berdering dari nomor yang tidak diketahui.
Indra: (dengan suara perempuan) Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?
Marla: Halo? Siapa ini?
Indra: (masih dengan suara yang sama) Ah om, bisa saja. Ini Cantika.
Marla: Apa benar? Kamu wanita simpanannya Indra?! (mengangkat nada)
Indra: (terdiam sejenak, memasang muka panik dan langsung menutup telepon.
Marla: Astaga.. aku harus segera beri tahu Intan.
ADEGAN 7
Pada hari yang sama, langit semakin menggelap dan udara semakin dingin. Indra segera bergegas pulang dengan cepat, menyiapkan mentalnya untuk memberi tahu pekerjaan sebenarnya. Sampai di rumah, Ia membuka pintu rumah tersebut, ditemukannya rumah yang berantakkan dan istrinya yang berwajah tegang sedang duduk di kursi dan sebuah koper di sebelah pintu.
Indra: Aku bisa jelaskan.. (menatap Intan dengan sungguh – sungguh)
Intan: Semuanya sudah terlihat jelas. Tidak perlu mengingatkan aku lagi. (Membuang muka)
Indra: Ini pekerjaanku Intan..
Intan: Pekerjaanmu untuk mencari wanita baru? Begitu? (Meneteskan air mata)
Indra: Tataplah wajahku, Intan.
Intan: Aku sudah tidak bisa melihatnya lagi. Aku telah muak.
Indra: Maka itu jadikanlah ini tatapan terakhirmu padaku.
Intan: (terdiam)
Indra: (mengalihkan wajah Intan padanya dan mendesah)
Intan: (membuka mulutnya lebar – lebar dan menangis sambil tertawa, dilihatnya wajah Indra yang masih dirias dan pakainnya yang sangat berbeda) Tak mungkin.
Indra: Aku dipecat dari pekerjaanku dua minggu yang lalu. Aku tahu kamu tidak akan senang mendengarnya, apalagi aku harus mempersiapkan kebutuhan bayi kita. Aku janji setelah aku menabung cukup banyak, aku akan keluar.
Intan: Mas, ini sesungguhnya lebih menyakitkan daripada masalah kamu selingkuh! (bangkit dari kursi)
Indra: (terdiam sejenak lalu menangis tersedu – sedu dan berlutut) Aku minta maaf, aku minta maaf, maaf Intan, maaf aku telah mengecewakan…. Intan…
Intan: Untuk pertama kalinya, aku terpaksa untuk mengatakan bahwa aku jijik sama kamu! Sudah berapa pria yang telah bersama kamu?! Aku benar – benar tidak percaya aku telah tidur sekasur dengan seorang…. (mendesah)
Intan: Mulai hari ini, aku gak mau tau, kamu harus mulai mencari tempat tinggal di luar sana.
Indra: (menatap wajah Intan dengan kosong) Kamu gak serius kan, Intan? (bangkit dari lantai) Aku yang telah memberi makan kamu dan anak kita! Aku yang telah menjaga agar kamu masih bisa memiliki atap di atas kepalamu! Aku yang telah membuat hidupmu lebih bahagia!
Intan: Cukup! Kamu telah berbohong! (menunjuk jari telunjuk kepada Indra) Kamu gak usah repot – repot, kopermu sudah siap.
Indra: (berjalan lambat menuju koper di dekat pintu) Aku benar – benar menyesal, Intan. (membuka pintu dan menutupnya)
ADEGAN 8
Keesokan harinya, Intan terbangun dari tidurnya, Ia membuka telepon genggamnya dan menemukan banyak telepon tak terjawab dari Tristan semalaman. Ia menelpon Tristan.
Intan: Halo, Tristan?
Tristan: (mendesah) Intan.. aku sungguh minta maaf.
Intan: Tidak apa – apa, Tristan. Aku sudah mengetahui dari dulu bahwa aku tidak bisa memercayai Indra.
Tristan: Bu – bukan itu, Intan.
Intan: Terus apa, Tristan?
Tristan: Alasan mengapa aku terus berganti perempuan karena aku –
Intan: (tersenyum) Aku tahu, Tristan. Marla sudah memberitahuku.
Tristan: Dan.. kamu menerima kenyataan begitu saja?
Intan: Iya, lagi pula, sepertinya kita sebenarnya sudah cocok dari dulu.
Tristan: Aku sudah tidak mencintaimu, Intan.
Intan: (berhenti tersenyum) Terus?
Tristan: Alasan aku untuk terus berganti perempuan karena aku tidak menyukai perempuan. Aku menyukai laki – laki. Indralah laki – laki itu.
Intan: Jadi kamu tahu persoalan ini?! Dan kamu.. kamu sama suamiku?!
Tristan: Sepertinya kita berdua mencintai orang yang sama. Kamu tidak pernah mengirimku kabar. Saat itu aku sangat depresi karena kedua orangtuaku menuntutku untuk serius dengan hubunganku, namun aku tidak bisa melakukan itu. Aku berjalan keluar dari rumah, semua jalan aku telusuri, dan akhirnya aku menemukan seseorang yang sungguh perhatian, sungguh memperdulikan keadaanku, dan seseorang itu ternyata musuh pertamaku bertahun – tahun yang lalu. (tertawa sedikit). Tidak bisa kupercaya.
(Seseorang mengetuk pintu rumah)
Intan: Aku telepon balik nanti, Tristan.
(INTAN MELANGKAH KE PINTU TERSEBUT DAN MEMBUKANYA PERLAHAN)
Indra: Boleh aku masuk?
TAMAT